Rabu, 12 November 2014
SI LEMBUT HATI
"Berbahagialah orang yang lemah lembut, karena mereka akan memiliki bumi." (Matius 5:5)
Lemah lembut memang menarik simpati, tapi untuk memiliki bumi?
Jangankan untuk memiliki bumi, untuk meraih apa pun, mana mungkin cuma bermodalkan kelemahlembutan? Bukankah dunia berkata bahwa sukses hanya bisa dicapai dengan kemauan keras, kerja keras, bahkan kalau perlu dengan kekerasan, tekad yang menggumpal dan tangan yang terkepal, cuma kelemahlembutan, mana bisa?
Orang yang lemah lembut bukanlah orang yang tidak pernah marah dan tidak bisa marah.
Marah itu manusiawi, juga sesuatu yang Ilahi, Yesus juga pernah murka kepada pemeras dan penipu yang berdagang di halaman bait Allah, Dia murka kepada orang-orang Farisi karena dalam kemunafikan, mereka membuat agama sebagai topeng, penambah beban dan bukan pembawa sukacita bagi manusia!
Jadi persoalannya, bukannya boleh marah atau tidak, tetapi, kapan marah pada saat yang tepat.
Lemah lembut juga berarti dapat menaklukkan tabiatnya, mengendalikan kecenderungan alamiahnya, serta menguasai nalurinya. Karena yang harus dikendalikan adalah sifat-sifat asli, kecenderungaan naluri dan tabiat insaninya sendiri, maka harus ada perubahan yang radikal, sehingga kita walaupun tetap kita, pada saat yang sama juga bukan diri kita yang lama lagi, kita menjadi ciptaan yang baru, seperti kata Paulus.
2 Korintus 5:17
"Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang."
Perubahan semacam ini hanya bisa dihasilkan oleh anugerah Allah, karya Roh Kudus, karena tidak mungkin dihasilkan dari upaya manusia kita.
Kelemahlembutan juga dipahami sebagai lawan dari keangkuhan serta kebanggaan diri yng berlebih-lebihan, atau dengan kata lain orang yang lemah lembut, dalam kerendahan hatinya menyadari keterbatasan serta kekurangannya.
Orang-orang yang dengan tulus mengatakan, "Di atas awan masih ada awan", mereka adalah orang-orang besar, karena tidak membesarkan diri, merekalah yang disebut Yesus sebagai "si lembut hati"
Selamat belajar menjadi si lembut hati.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar