Kamis, 26 Juni 2014

BERKELUH KESAH




Oleh sebab itu aku pun tidak akan menahan mulutku, aku akan berbicara dalam kesesakan jiwaku, mengeluh dalam kepedihan hatiku (Ayub 7:11)




Sejak dulu, orang Yahudi biasa berdialog terbuka kepada Tuhan maupun sesama. Saat berdoa, mereka berani membahas segala topik, termasuk yang tidak menyenangkan: kekecewaan, keluh-kesah bahkan kemarahan. 
Ini tampak dari syair-syair Mazmur, Ratapan, juga dari doa Ayub. Ia mengeluh karena hari-hari hidupnya terasa hampa dan sia-sia (ayat 1-7). Ia ingin segera mati (ayat 8-10). Ia menuduh Tuhan memberinya mimpi buruk waktu tidur (ayat 12-15). Ia kecewa Tuhan membuatnya menderita, padahal ia hidup baik-baik (ayat 20-21). Tidak semua perkataan Ayub benar. Belakangan Tuhan menegur kata-katanya yang  "tidak berpengetahuan" (Ayub 38:2). Namun, keluh kesahnya didengar! Dengan jujur mencurahkan isi hati, Ayub dapat menghadapi kekecewaan dengan cara sehat. Ia tidak membenci Tuhan atau melukai diri sendiri.
 
Apakah Anda kecewa terhadap Tuhan, gereja, atau sesama? Daripada bersungut-sungut di depan orang, lebih baik curahkan isi hati Anda kepada-Nya. Bapa di surga tahu kegundahan hati Anda. Dia akan menghibur sekaligus menegur cara pandang Anda yang keliru. Damai pun  akan kembali hadir di hati.


                    BERKELUH-KESAH BOLEH SAJA
                    ASAL DISAMPAIKAN KEPADA ALLAH



Selasa, 24 Juni 2014

BERBUAH DALAM KRISTUS





Setiap ranting ... dibersihkan-Nya, supaya ia lebih banyak berbuah (Yohanes 15:2)


Bagi seorang pengusaha kebun
  anggur, apa yang paling dinanti-nantikan oleh  anggur? Buah! Tak ada yang lain! Tidak ada pengusaha yang menanam anggur hanya sebagai tanaman hias. Pengusaha tidak mengharap tanaman anggurnya berdaun lebat, beranting banyak dan memiliki bentuk indah,  tetapi tidak berbuah. 
Yesus berkata berulang kali bahwa Dia adalah pokok anggur dan kita ini carang-carang-Nya. 
Pengusaha kebun  anggur-yakni Bapa di surga-hanya mencari satu hal yang terpenting dari hidup kita, yakni kehidupan yang berbuah! Sebagai carang dan menjadi bagian dari tanaman anggur, kita dituntut untuk berbuah. Akan tetapi sayangnya, kita kerap tidak berorientasi pada kekristenan yang menghasilkan buah. Kita lebih suka menciptakan tanaman anggur yang memiliki bentuk indah, layaknya tanaman hias. Kerajinan kita di gereja bisa membuat banyak orang kagum. Pelayanan kita di gereja juga bisa membuat banyak orang salut.  Sungguh, tanaman anggur yang tampak indah. Berdaun lebat dan memiliki penampilan yang mem-banggakan! Tanaman anggur yang indah belum tentu menghasilkan buah.
 

Pada situasi kekristenan seperti ini, sia-sia seseorang mengikut Yesus. Tuhan lebih memperhatikan, selama menjadi pengikut-Nya, apakah kita menghasilkan buah? Pada sikap kita sehari-hari, apakah mulut kita memuliakan Tuhan dan memberkati sesama?  Apakah jiwa-jiwa yang kita bimbing dengan kasih untuk mengenal dan setia kepada Kristus? Apakah hidup kita menjadi kesaksian nyata berjalan bersama Kristus?
 YANG TERPENTING DARI TANAMAN ANGGUR BUKAN   PENAMPILANNYA, YANG TERPENTING ADALAH BUAH-BUAHNYA

Senin, 23 Juni 2014

CARA ALLAH BEKERJA

  



   ......... dan Tuhan memberikan kepada Ayub dua kali lipat dari   segala kepunyaannya dahulu (Ayub 42:10)


Tuhan kerap melakukan hal-hal di luar perhitungan kita. Dalam kasus besar, seperti yang dialami oleh Ayub. Pernah dalam suatu masa dihidupnya, harta benda, bahkan anak-anak dan kesehatannya, hilang lenyap. Namun Ayub tidak goyah. Ia tetap bertahan dalam imannya. Di kemudian hari, Tuhan memulihkan keadaannya dua kali lipat (ayat 10).Ya, cara Tuhan bekerja memang ajaib.

 Maka bila sesuatu yang tidak kita harapkan terjadi; entah dalam
 perkara sederhana seperti yang saya alami, atau berkenaan dengan
 perkara besar seperti yang Ayub alami, jangan mengeluh. Jalani
 dengan iman. Siapa tahu di sana Tuhan telah menyiapkan "berkat" buat kita.

Jumat, 20 Juni 2014

MELUPAKAN YANG DI BELAKANG



Aku melupakan apa yang telah di belakangku dan mengarahkan diri kepada apa yang di hadapanku
                                   (Filipi 3:13)


                      
Seorang pemain gitar  lolos ke final kompetisi nasional. Dimalam final, permainannya mengundang decak kagum hingga semua menduga dialah yang bakal menang. Tiba-tiba, di bagian akhir permainannya, satu senar gitarnya putus. Penonton menahan napas. Ada yang spontan berdiri. Namun, si pemain gitar tetap tenang dan terus bermain, walau suara gitarnya tak seindah semula. Ia tahu, tak ada gunanya memikirkan senar yang putus. Itu takkan menyambungnya lagi. Hanya membuang waktu dan energi. Lebih baik ia konsentrasi memainkan senar yang masih bisa dimainkan. Meski kalah lomba, ia menang atas kekhawatiran dan pemborosan energi.
Pemborosan energi terbesar bisa berwujud kekhawatiran dan pikiran negatif yang dihabiskan untuk memikirkan hal yang tak dapat diubah.


Paulus sadar hal ini. Jika ia menghabiskan energi untuk memikirkan kesalahannya pada masa lalu, ia takkan dapat melayani dengan baik. Ia terlibat dalam pembunuhan Stefanus. Ia penganiaya jemaat. Sampai tua ia masih sadar akan dosa-dosanya (1Timotius 1:16). Namun Paulus tahu, ia tak mungkin mengubah masa lalu. Maka, ia melupakan masa lalu dan mengarahkan diri ke masa depan.
 

Pernahkah Anda menyesalkan kesalahan pada masa lalu, menghabiskan energi dengan pemikiran "seandainya ini" atau "itu"? Anda tak perlu terus memikirkan "senar putus". Seribu "seandainya" bisa dibuat dalam situasi-situasi demikian. Namun, pemborosan energi ini tak akan mengubah apa pun. Masa lalu tidak mungkin diubah. Jadi, jangan boroskan energi, lebih baik kita pakai kekuatan dan waktu yang masih ada untuk memainkan senar yang masih utuh.


 JANGAN HIDUP PADA MASA LALU 
ARAHKAN HIDUP DAN WAKTU PADA APA YANG MASIH BISA DIUBAH

STOP MENGELUH




Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan! 
(Filipi 4:4) 


Rupanya manusia memang cenderung lebih mudah mengeluh atau bersungut-sungut daripada bersyukur; lebih mudah melihat hal-hal yang kurang daripada hal-hal baik dalam hidupnya. Seperti sikap umat Israel. Kasih dan pemeliharaan Tuhan kepada mereka selama berada di padang gurun begitu jelas-mulai dari mengirimkan tiang awan dan tiang api untuk menuntun mereka, sampai mengirimkan burung puyuh dan manna untuk makanan mereka-tetapi tetap saja mereka suka mengeluh. Sikap suka mengeluh ini tidak ada gunanya. 

Dan Tuhan juga tidak senang. Karenanya harus dilawan; jangan dituruti, apalagi dijadikan kebiasaan. 

Caranya, fokuskan pikiran pada hal-hal yang baik dalam hidup ini, dan berusahalah untuk selalu berkata positif


SAYA MENGELUH DAN BERSYUKUR ITU SOAL PILIHAN PILIHLAH UNTUK SELALU BERSYUKUR
 


Rabu, 18 Juni 2014

Siapakah 5 Gadis Bijaksana ?





Matius 25:1-4 berbunyi : "Pada waktu itu hal Kerajaan Sorga seumpama sepuluh gadis, yang mengambil pelitanya dan pergi menyongsong mempelai laki-laki. Lima di antaranya bodoh dan lima bijaksana. Gadis-gadis yang bodoh itu membawa pelitanya, tetapi tidak membawa minyak, sedangkan gadis-gadis yang bijaksana itu membawa pelitanya dan juga minyak dalam buli-buli mereka".
Perumpamaan mengenai sepuluh gadis ini menekankan bahwa semua orang percaya harus bertekun dalam iman supaya bila hari dan jam itu tiba mereka akan diterima oleh TUHAN dan mereka harus senantiasa memperhatikan keadaan rohani mereka sendiri mengingat KRISTUS bisa datang pada saat yang tidak diketahui dan tidak diduga. Kelalaian untuk memelihara hubungan pribadi dengan TUHAN pada saat kedatangan-Nya kembali berarti akan dikucilkan dari kehadiran dan kerajaan-Nya.



Dalam ayat tsb, kita melihat ada 2 kelompok gadis :
1. Mereka yang disebut dengan 5 gadis yang bijaksana.
2. Mereka yang disebut 5 gadis yang bodoh.

Maka dapat kita pelajari, ada yang membedakan antara kedua kelompok gadis ini . dan dari  ayat tersebut kita dapat pelajari 3 ciri-ciri gadis yang bijaksana. Yaitu:


1. Mempersiapkan diri dengan baik.

Lima gadis yang bodoh itu tidak memperhitungkan bahwa kedatangan TUHAN akan terjadi pada saat yang tidak terduga. Melalui perumpamaan ini dan juga di bagian yang lain KRISTUS menyatakan bahwa sebagian besar gereja tidak akan siaga pada saat DIA datang kembali. Dengan demikian KRISTUS menyatakan dengan jelas bahwa Ia tidak akan menunggu sampai semua gereja siap untuk kedatangan-Nya. Siap tidak siap, Mempelai Pria Surgawi, Yesus Kristus Tuhan segera datang!

5 Gadis yang bodoh bersikap “easy going”. Mereka beranggapan, untuk masalah persediaan minyak adalah masalah yang mudah. Mereka mungkin berpikir: “Ah, nanti bisa minta sama temannya atau 'beli' di warung”. Apa yang dipikirkan oleh kelima gadis bodoh itu, ternyata meleset. Mereka tidak mempersiapkan minyaknya, karena mengantuk dan tertidur. Lain halnya dengan 5 gadis yang bijaksana, mereka mempersiapkan diri sebaik mungkin dalam menyambut mempelai. Itu sebabnya mereka membawa bukan hanya pelita, tetapi juga persediaan minyak.

Bagaimana dengan kita di akhir zaman ini? Kita tentunya tahu bahwa sekarang ini kita sedang berada di penghujung dari akhir jaman. Dan sama seperti 10 gadis dalam perumpamaan ini, kita sedang menantikan Mempelai Laki-Laki kita yakni TUHAN YESUS KRISTUS. Adakah kita mempersiapkan diri dengan baik seperti 5 gadis yang bijaksana, atau justru seperti 5 gadis bodoh?



2. Tidak membiarkan pelitanya padam.

Gadis yang bijaksana berpikir jauh kedepan. Mereka sadar bahwa menantikan mempelai laki-laki datang tidak dapat diprediksi waktunya. Bisa jadi sebentar, tetapi bisa jadi lama. Dengan membawa persediaan minyak, 5 gadis yang bijaksana memiliki sikap hati untuk tidak membiarkan pelita mereka padam.
Minyak dalam perumpamaan ini melambangkan iman yang sejati, kebenaran, dan kehadiran ROH KUDUS yang terus-menerus. Untuk itu kita harus selalu dipenuhi dengan ROH KUDUS setiap saat, jangan sampai suam-suam kuku. Kalau kita mengalami suam-suam kuku, kita harus cepat berubah. Jangan biarkan pelita kita padam. Untuk itu pesan TUHAN senantiasa begitu kuat disampaikan kepada kita agar kita harus banyak-banyak berdoa, penuh Firman dan penuh ROH KUDUS.

3. Mau bayar harga.

5 Gadis yang bijaksana membayar harga lebih besar daripada gadis-gadis yang bodoh. 5 gadis yang bodoh hanya sekedar membawa pelita pada satu tangan sedangkan tangan yang lainnya bebas berlenggang. Beban mereka tentu lebih ringan dibandingkan dengan gadis yang membawa persediaan minyak dalam buli-buli, dimana kedua tangan membawa beban. Namun demikian harga yang mereka bayar tidak sia-sia. Satu pelajaran yang sangat berharga, didalam mempersiapkan diri menyambut kedatangan TUHAN YESUS yang kedua kali mungkin kita terlihat lebih repot, lebih sibuk. Bahkan mungkin orang lain mulai menyindir kita dengan berkata : "ngapain repot-repot...TUHAN YESUS masih lama datangnya...udahlah hidup biasa-biasa saja, jangan terlalu kudus, jangan terlalu ngotot."
Jangan terpengaruh, tetap persiapkan diri dengan baik. Orang-orang yang mempersiapkan diri menyambut kedatangan TUHAN YESUS berani bayar harga lebih. Amin

"Persiapkan diri kita dengan sebaik mungkin seperti 5 gadis bijaksana supaya kita siap menyambut Sang Mempelai Surgawi, Raja segala Raja, Tuhan Yesus Kristus."

Tuhan Yesus memberkati kita selalu, AMIN.

Selasa, 17 Juni 2014

Doa Seorang Ibu




 "Seperti seorang gembala Ia menggembalakan kawanan ternak-Nya dan
  menghimpunkannya dengan tangan-Nya; anak-anak domba dipangku-Nya,
  induk-induk domba dituntun-Nya dengan hati-hati." (Yesaya 40:11, TB)

  Hari yang panjang dan semuanya sudah dirapikan. Minuman terakhir,
  ciuman terakhir. "Ibu, peluk aku lagi!" terdengar suara kecil
  memanggil. Ketika Anda sudah selesai mencuci piring dan memunguti
  mainan, Anda merenungkan kembali hari itu ....

    Apakah aku melakukan hal yang benar, apakah aku memberikan waktu
    yang cukup untuk menyayangi mereka, dan membentuk pikiran
    mereka? Apakah aku memberitahu mereka apa yang benar, tetapi
    kemudian melakukan yang salah? Apakah hidupku tidak sesuai dengan
    apa yang kukatakan?

    Kasihilah anak-anakku, ya, Tuhan, seperti Engkau mengasihiku. Aku
    selalu bisa menghampiri-Mu tanpa syarat. Karena Engkau tak pernah
    berubah, aku bisa hidup tanpa takut. Aku tahu Engkau mengasihi
    anak-anakku; kumohon kasihilah mereka melalui aku.

    Ketika aku merenungkan bagaimana Engkau datang ke dunia ini dan
    menjadi salah satu dari kami, dalam hidup-Mu, karya-Mu, Engkau
    memiliki beban yang harus Engkau pikul. Namun, Engkau tidak pernah
    terlalu sibuk untuk berbicara dengan seorang anak -- dan Engkau
    tidak pernah terlalu sibuk untuk bersamaku.

    Bolehkah aku katakan kepada mereka, "Ibu punya pekerjaan penting
    yang harus dilakukan. Jangan mengganggu Ibu," dengan menyadari di
    dalam batin bahwa itu memang benar. Agar mereka bisa mengenal-Mu
    dengan melihatku? Tuhan seperti apakah yang mereka kenal?

    Tinggallah dekat dengan mereka, Tuhan, seperti halnya Engkau dekat
    denganku. Dalam hal besar maupun kecil, aku ingin mereka tahu
    bahwa Engkau selalu ada dan bahwa Engkau mengerti. Aku tahu bahwa
    Engkau dekat dengan mereka; kumohon kasihilah mereka melalui aku.

    Aku percaya akan firman-Mu bahwa Engkau akan memegangku erat;
    Genggamanku terlampau lemah jika dibandingkan dengan kekuatan-Mu.
    Aku menyadari bahwa bukan karena kuatku aku menang, tapi karena
    aku memercayai janji-Mu padaku.

    Peganglah anak-anakku, Tuhan, seperti Engkau memegangku; Engkau
    tidak memintaku untuk berjanji, demikianlah yang kupercaya. Kabar
    baik yang telah Engkau berikan, janji yang telah Engkau buat,
    bahwa Engkau akan memegang anak-anakku, Tuhan, seperti Engkau
    memegangku.

  sumber:
  A Mother's Prayer by Linda McCabe
 

Hidup Penuh Syukur

 

 

Ucaplah syukur senantiasa atas segala sesuatu dalam nama Tuhan kita Yesus Kristus kepada Allah dan  Bapa kita. (Efesus 5:20)


Fanny Crosby menulis lebih dari 8.000 lagu rohani. Meskipun buta sejak usia 6 minggu, ia tidak   mempersalahkan Tuhan atas hal itu. Suatu kali seorang hamba Tuhan berkata kepadanya, "Sayang sekali ya,  Sang Pencipta tidak memberi Anda penglihatan, padahal Dia memberikan banyak sekali karunia lain pada Anda."

Fanny menjawab, "Tahukah Anda, seandainya pada saat lahir saya bisa mengajukan  permohonan,  saya akan meminta agar dilahirkan buta?" Hamba Tuhan itu terkejut.

"Mengapa?" tanyanya. "Karena bila saya naik ke surga nanti, wajah pertama yang akan saya lihat adalah wajah Sang Juru Selamat!"Sungguh sebuah hati yang berlimpah dengan rasa syukur.

Bagaimana dengan ucapan syukur dalam hidup kita? Mengucap syukur atas segala sesuatu berarti lebih dari sekadar ungkapan sukacita. Ucapan syukur kita menjadi ungkapan iman bahwa di dalam segala keadaan Allah senantiasa bekerja, berkarya, dan memberikan yang terbaik. 

  SALAH SATU TOLOK UKUR PERTUMBUHAN ROHANI ADALAH HIDUP YANG BERSYUKUR DALAM SEGALA SITUASI.





Kuasa Puji-Pujian





Berfirmanlah TUHAN kepada Yosua: ".. Haruslah kamu mengelilingi kota itu, yakni semua prajurit harus mengedari kota itu sekali saja; demikianlah harus engkau perbuat enam hari lamanya, dan tujuh orang imam harus membawa tujuh sangkakala tanduk domba di depan tabut. Tetapi pada hari yang ketujuh, tujuh kali kamu harus mengelilingi kota itu sedang para imam meniup sangkakala. Apabila sangkakala tanduk domba itu panjang bunyinya dan kamu mendengar bunyi sangkakala itu, maka haruslah seluruh bangsa bersorak dengan sorak yang nyaring, maka tembok kota itu akan runtuh, lalu bangsa itu harus memanjatnya, masing-masing langsung ke depan." – Yosua 6: 1-5


Memasuki bulan Agustus, bulan kemerdekaan bagi bangsa Indonesia, saya percaya kita tidak hanya merayakan hari kemerdekaan secara fisik saja, tetapi kita pun akan melihat dan merayakan kemerdekaan secara rohani terjadi di dalam kehidupan kita secara pribadi maupun di dalam kehidupan bangsa ini.
Berkenaan dengan hal ini, Tuhan memberikan ayat-ayat dalam Yosua pasal yang ke enam untuk kita renungkan bersama-sama. Kita akan merenungkan bagaimana tembok yang luar biasa besar dan tebal nya itu dapat diruntuhkan (Menurut para ahli arkeologi, tebal dari tembok Yerikho adalah kurang lebih setebal enam meter; dapat dilalui oleh dua buah kereta kuda secara berdampingan).
Pelajaran pertama yang dapat kita ambil dari peristiwa ini adalah adanya kerjasama antara manusia dengan Tuhan. Tuhan mau dan ingin agar tembok tersebut runtuh, agar umat-Nya dapat menguasai dan menduduki kota tersebut. Tapi untuk tembok itu runtuh, umat Israel harus mengikuti instruksi atau perintah-perintah yang disampaikan oleh Tuhan. Tanpa ketaatan mereka untuk mengikuti tuntunan / perintah-perintah Tuhan niscaya tembok yang tebal tersebut tak akan runtuh.
Untuk tembok itu runtuh maka hal pertama yang bangsa Israel harus lakukan adalah mengelilingi tembok tersebut dengan membawa serta tabut perjanjian Allah. Pada jaman itu tabut perjanjian Allah selalu berbicara mengenai kehadiran Tuhan. Jadi untuk melihat tembok-tembok dalam kehidupan kita dan bangsa kita diruntuhkan maka kita perlu menyertakan kehadiran Tuhan dalam setiap masalah atau problema yang sedang kita hadapi. Firman Tuhan berkata dalam Mazmur 22:4 bahwa Tuhan Allah Israel bersemayam di atas puji-pujian umat-Nya.
Kita perlu meninggikan Tuhan di atas setiap masalah /persoalan kita. Pada waktu kita memuji-muji dan meninggikan Tuhan, iman kita sedang diangkat untuk melihat bahwa Tuhan lebih besar dari masalah kita; bahwa Dia sanggup untuk menyelesaikan setiap persoalan kita. Iman inilah yang akan mendatangkan mujizat dalam hidup kita. Iman juga lah yang membuat kita menjadi tenang saat kita menghadapi persoalan.
Tetapi Yosua telah memerintahkan kepada bangsa itu, demikian: 
"Janganlah bersorak dan janganlah perdengarkan suaramu, sepatah katapun janganlah keluar dari mulutmu sampai pada hari aku mengatakan kepadamu: Bersoraklah! --maka kamu harus bersorak." – Yosua 6:10

Melalui Yosua, Tuhan memerintahkan kepada pasukan Israel untuk tidak boleh mengeluarkan sepatah kata pun selain daripada sangkakala yang ditiup terus menerus. Mengapa Tuhan melarang bangsa Israel untuk berkata-kata selain daripada meniup sangkakala?
Kecenderungan kita sewaktu kita menghadapi persoalan /permasalahan yang sulit adalah berkeluh kesah. Keluh kesah, gerutu, sungut-sungut adalah lawan dari iman. Iblis – musuh kita, ingin kita fokus pada masalah dan kekurangan kita. Dan saat kita berfokus kepada masalah /persoalan, kita akan kehilangan fokus kita akan kebesaran Tuhan, dan kita akan kehilangan iman kita. Itulah sebabnya Tuhan melarang bangsa Israel berkata-kata sewaktu mengelilingi tembok Yeriko.
Tembok Yerikho tidak runtuh karena kehebatan atau kekuatan pasukan Israel, tetapi tembok itu runtuh karena ketaatan mereka akan perintah Tuhan. Tembok Yerikho runtuh pada hari ke-tujuh dan pada putaran ke-tujuh. Angka tujuh selalu menunjuk kepada Kesempurnaan. Tembok tersebut runtuh pada waktu Tuhan yang sempurna (God’s perfect time). Tetapi angka tujuh juga selalu berbicara tentang Sabat – peristirahatan. Bukan kuat, bukan gagah, tapi oleh Roh-Ku, kata Tuhan (Zak 4:6). Marilah kita masuk ke dalam kemampuannya Tuhan dan beristirahat di dalamnya, dengan apa? Dengan banyak memuji dan menyembah Nya, tinggal dalam hadirat-Nya. Pada waktu kita memuji dan membesarkan nama-Nya maka kita akan melihat Tuhan keluar berperang ganti kita, tembok-tembok raksasa runtuh di hadapan kita. Kelimpahan, kesembuhan, promosi dan tuaian menjadi bagian kita. Selamat menerimanya. MERDEKA… Mujizat itu masih ada. TUHAN YESUS MEMBERKATI. (LBY)

Sumber:
Bottom of Form