Kamis, 31 Juli 2014

BERSYUKUR SELALU






Baiklah aku menyanyi bagi TUHAN, sebab Ia tinggi luhur, kuda dan penunggangnya dilemparkan-Nya ke dalam laut. (Keluaran 15:1)



BERSYUKUR SELALU

Bersyukur selalu bagi kasihMu
di dalam hidupku
Takkan ku ragu atas rencanaMu
tuk masa depanku

Sbagai Bapa yang baik
takkan pernah Kau melupakanku
Sbagai Bapa yg sangat baik
takkan pernah Kau meninggalkanku

Reff:
Ku kan menari dan bersuka
karnaMu oh Yesusku
dan ku kan minum airMu
bagai rusa rindu selalu
ku hidup dalamMu
dan hidupMu di dalamku
Oh Yesusku
Kau sangat kucinta



Bangsa Israel sangat bersukacita saat mereka dilepaskan dari tanah perbudakan di Mesir. Tempat yang selama ini membuat mereka menderita, penuh dengan cambuk dan tendang. Tiada henti-hentinya mereka menyanyikan ucapan syukur bagi yang Mahatinggi. Mereka bisa melihat bahwa Allah memperhatikan penderitaan dan rintihan kesakitan mereka.Mereka bersorak dan berseru mengagungkan nama Tuhan. 

                         
Tetapi, pada saat mereka dibawa melewati padang gurun, mereka mulai bersungut-sungut dan menyalahkan Tuhan. Puji-pujian dan ucapan syukur dalam sekejap hilang dari bibir mereka dan digantikan dengan sungut-sungut. Mereka hanya melihat Tuhan ada saat segala sesuatu terasa baik dan menyenangkan. Mata mereka tertutup saat mereka mulai bosan dan tidak mendapatkan apa yang mereka inginkan.




Ketika segala sesuatu dalam kehidupan kita baik-baik saja dan terjadi hal-hal yang membanggakan kita, penuh berkat melimpah dan sukacita, kita akan dengan mudah mengucap syukur dan memuji Allah.
Tetapi jika doa-doa kita sepertinya tidak dijawab, Allah seperti diam dan mengizinkan kegagalan menghampiri hidup, bisakah kita tetap mengucap syukur dan memuji Dia?
Hal seperti itu sering terjadi dengan kita. Kita sering diperhadapkan dengan hal-hal yang pelik, segalanya berantakan, dan hidup terasa sulit. Seakan Tuhan tidak ada. Tidak terlihat sedikitpun pengharapan akan adanya pemulihan. Dalam keadaan seperti itu, masih bisakah kita memuji Tuhan dan bersyukur kepada Tuhan? Masihkah sukacita kita meluap? 




                   

Tidak ada komentar:

Posting Komentar