Rabu, 31 Maret 2021

Anak daru=i yang Terpuji

 RABU, 31 MARET 2021


“Anak dari Yang Terpuji”


BACAAN PAGI: Mazmur 56:1-12

BACAAN MALAM: Yohanes 18:28-38a


Markus 14:61

Tetapi Ia tetap diam dan tidak menjawab apa-apa. Imam Besar itu bertanya kepada-Nya sekali lagi, katanya: “Apakah Engkau Mesias, Anak dari Yang Terpuji?”


Yesus telah ditangkap sebagai seorang pelaku kejahatan, dan sedang diajukan ke persidangan Sanhedrin, Mahkamah Agama Yahudi. Semuanya serba janggal dan tidak biasa. Dilakukan buru-buru pada malam hari. Dicari-cari kesaksian palsu untuk memberatkan. Ditawarkan suap kepada pendakwa supaya bisa mendakwa Yesus, dan ditakut-takuti bila tidak bersedia. (55-56) Yesus dicecar dengan pertanyaan-pertanyaan menjerat, namun tetap diam seribu bahasa. Tidak ditemukan kesalahan yang bisa dituduhkan ke atas-Nya. Para imam kepala dan tua-tua dijadikan pengusut yang memimpin kejahatan dan memutarbalikkan keadilan. Bahkan Imam Besar, Kayafas, bangkit berdiri dengan marah, berpura-pura bahwa dia berlaku jujur dan adil, tetapi sesungguhnya berusaha merancang jerat supaya bisa mendakwa Yesus. (Luk 11:53-54; 20:20) Ia menyebut “Yang Terpuji” sebagai gelar khusus bagi Allah untuk menunjukkan bahwa ia seorang Yahudi yang takut akan Allah. Namun ketika perkataan Imam Besar kepada-Nya sebagai Mesias, langsung disambut Yesus dengan pengakuan membenarkan diri-Nya bahwa memang sesungguhnya Ia adalah Mesias.


Atas pengakuan Yesus inilah Imam Besar menuduh-Nya sebagai seorang penghujat Allah. (63) Ia lalu mengoyakkan jubah kebesarannya. Perkataan Kayafas itu mempunyai dua sisi. Baginya selaku orang Yahudi merupakan penghujatan kepada Allah, namun bagi Yesus adalah penggenapan nubuat diri-Nya. Maka dengan penuh keagungan dan kemuliaan Yesus menyatakan kebenaran tersebut, walau tidak sesuai dengan penampilan-Nya pada saat itu. Sebaliknya melalui penghinaan yang begitu pekat, seberkas sinar kemuliaan telah memancar dari Imam Besar walau lahir dari kebencian. Pengakuan Yesus ini mengejutkan sidang Mahkamah. Kayafas selaku Ketua Mahkamah telah memberikan penghakiman terlebih dahulu, padahal seharusnya dia adalah orang terakhir yang memberikan suara. Dengan mengoyakkan jubahnya sendiri, Kayafas telah menggenapi koyaknya jabatan imam dirinya, seperti halnya juga koyaknya tirai Bait Allah saat kematian Yesus. Semuanya telah digenapi secara terbuka. Jerat kejahatan bagi Yesus merupakan pembuktian bahwa Ia tidak bersalah, sekaligus juga kesempatan bagi Yesus menyatakan diri-Nya. Ia memang harus dihukum mati sebagai tebusan dosa dunia. Mari, “Ikutlah Yesus!” Amin!


Doa: 🙏

“Ya Tuhan Yesus, sungguh Engkau adalah Mesias, Anak dari Yang Terpuji. Penuhilah kiranya juga penggenapan nubuat dan rencana keselamatan-Mu bagi seisi dunia ini. Amin!”

Selasa, 30 Maret 2021

Perubahan Kehidupan

 PERUBAHAN KEHIDUPAN

Selasa, 30 Maret 2021

Bacaan Firman : Yohanes 5:21-29

Nas Alkitab : “Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa mendengar perkataan-Ku dan percaya kepada Dia yang mengutus Aku, ia mempunyai hidup yang kekal dan tidak turut dihukum, sebab ia sudah pindah dari dalam maut ke dalam hidup” (ay. 24).


Iman dan pengharapan kita seringkali menjadi lemah saat kita tidak melihat perubahan kehidupan yang terjadi saat kita sebelum mengikut Yesus dan setelah mengikut Yesus. Kita akan menjadi kecewa apabila kita menggunakan indikator-indikator manusiawi, seperti tingkat kemakmuran, bertambahnya kekayaan, tingkat jabatan, atau keterhindaran dari permasalahan untuk menilainya. Firman Tuhan hari ini menegaskan bahwa Tuhan Yesus sudah melakukan perubahan mendasar dalam kehidupan orang-orang percaya melalui perpindahan kedudukan kita dari orang-orang yang seharusnya dihukum dan berada dalam kematian kekal, menjadi pribadi-pribadi yang menerima kehidupan kekal sebagaimana firman Tuhan : “Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa mendengar perkataan-Ku dan percaya kepada Dia yang mengutus Aku, ia mempunyai hidup yang kekal dan tidak turut dihukum, sebab ia sudah pindah dari dalam maut ke dalam hidup” (ay. 24).


Perubahan orang percaya menjadi pribadi yang hidup di dalam Tuhan menjadikan kita menyadari betapa luar biasanya kasih dan otoritas Allah di dalam Kristus Yesus untuk menyelamatkan, mengubah kehidupan, dan memegang penghakiman kehidupan manusia. Orang-orang yang tidak layak, berdosa, dan para pemberontak Allah, telah diselamatkan, diampuni, bahkan diangkat menjadi ahli waris kerajaan sorga, ketika kita mendengar perkataanNYA dan percaya di dalam namaNYA sebagaimana firman Tuhan : “Sebab sama seperti Bapa membangkitkan orang-orang mati dan menghidupkannya, demikian juga Anak menghidupkan barangsiapa yang dikehendaki-Nya. Bapa tidak menghakimi siapapun, melainkan telah menyerahkan penghakiman itu seluruhnya kepada Anak” (ay. 21-22).  Karya Kristus bagi orang percaya juga telah memberikan pengharapan akan kehidupan dan masa depan, karena di dalam Kristus juga terdapat kuasa yang mampu menjamin kehidupan kita di dunia maupun di sorga bahkan ketika kita harus menghadapi berbagai macam pergumulan, kesukaran atau kekelaman hidup di dunia ini sebagaimana firman Tuhan : “Sebab sama seperti Bapa mempunyai hidup dalam diri-Nya sendiri, demikian juga diberikan-Nya Anak mempunyai hidup dalam diri-Nya sendiri. Dan Ia telah memberikan kuasa kepada-Nya untuk menghakimi, karena Ia adalah Anak Manusia” (ay. 26-27).


Marilah kita belajar hidup dengan menghormati dan takut akan Tuhan dengan menjalankan segala perintah dan kebenaranNYA karena kasih kita kepada Tuhan sebagaimana besarnya kasih Tuhan di dalam kehidupan kita seperti perkataan firman Tuhan : “supaya semua orang menghormati Anak sama seperti mereka menghormati Bapa. Barangsiapa tidak menghormati Anak, ia juga tidak menghormati Bapa, yang mengutus Dia” (ay. 23).

------- 

Berjaga dengan Yesus

 SELASA, 30 MARET 2021


“Berjaga dengan Yesus”


BACAAN PAGI: Mazmur 43:1-5

BACAAN MALAM: Matius 26:69-75


Matius 26:38

Lalu kata-Nya kepada mereka: “Hati-Ku sangat sedih, seperti mau mati rasanya. Tinggallah di sini dan berjaga-jagalah dengan Aku.”


Yesus sedang bergumul di Taman Getsemani. Dunia dengan segala isinya sedang dipertaruhkan. Ia berjuang sekuat tenaga menggumuli berbagai konsekuensi dahsyat yang harus ditanggung-Nya, yang sesungguhnya tidak dapat dipahami seorang pun, apalagi untuk ditanggung bersama dengan-Nya. Itulah cawan pahit yang dimaksudkan Yesus. Ingin sekali Ia melepaskan cawan itu jika mungkin, tetapi harus diminum-Nya sampai tetes-tetes yang terakhir. Ironisnya, tidak jauh dari tempat di mana Ia sedang bergumul, murid-murid-Nya malahan tertidur lelap. Pada saat yang sedemikian mendebarkan, di mana nasib seluruh isi dunia termasuk para murid itu sedang genting, mereka malah tidak berjaga-jaga bersama Dia. Hanya sendirian Yesus berjaga, bergumul sampai menang bulat dalam penaklukkan diri penuh kepada rencana penyelamatan Allah untuk manusia. Untuk kita, manusia yang tak sanggup bersiaga bahkan untuk diri sendiri.


“Jadilah kehendak-Mu!” (42) Itulah kebulatan tekad kemenangan Yesus. Ia tidak berdoa supaya yang diinginkan-Nya menjadi kenyataan. Yesus tidak memutlakkan kehendak-Nya, tetapi berserah kepada Tuhan, Bapa-Nya. Bukan kepentingan-Nya yang Ia perjuangkan, tetapi kepentingan Bapa-Nya dan kepentingan kita, umat manusia. Tiga kali Yesus mendoakan hal yang sama, tanda begitu serius Ia menggumuli, memohonkan, menghayati apa yang didoakan-Nya. Tiap kali Ia mendoakan, Ia sadar benar akan dahsyatnya penderitaan yang harus Ia tanggung. Tiap kali Ia mendoakan, Ia mengaku ketakutan dan keinginan diri-Nya lepas dari cawan pahit penderitaan. Namun tiap kali pula Ia semakin mempertautkan diri kepada rencana kehendak Bapa. Ia menegarkan komitmen-Nya untuk tunduk sepenuhnya kepada kehendak Allah, betapa pun sulit dan dahsyatnya hal itu. Kemenangan Yesus di Getsemani itulah yang menghasilkan Golgota, Gunung Batu Keselamatan kita. Ya, salib di Golgota itu telah menjadi Gunung Batu Keselamatan kita dan seisi dunia dengan taruhan nyawa Yesus! Tanpa salib Golgota, kita tak akan pernah menjadi instrumen rencana Allah bagi dunia ini. Kiranya nafas hidup kita senantiasa sepadan dengan doa Yesus di Getsemani. Karena itu, mari “Ikutlah Yesus!” Amin!


Doa: 🙏

“Kiranya nafas hidupku sepadan dan terpaut senantiasa dengan pergumulan dan doa-Mu di Getsemani, ya Yesus: Jangan kehendakku Bapa, kehendak-Mu jadilah! Amin!”

Senin, 29 Maret 2021

Kelembutan Hati Orang Benar

 KELEMBUTAN HATI ORANG BENAR

Senin, 29 Maret 2021

Bacaan Firman : Amsal 29:1-7

Nats Alkitab : “Siapa bersitegang leher, walaupun telah mendapat teguran, akan sekonyong-konyong diremukkan tanpa dapat dipulihkan lagi” (ay. 1).


Menyatakan pendapat secara keras atau bahkan dengan bersitegang seringkali kita lakukan untuk mempertahankan kebenaran kita, dan memberikan pernyataan bahwa pendapat orang lain adalah salah. Secara duniawi, tindakan tersebut sepertinya menjadi suatu tindakan wajar yang dapat dimaklumi. Namun firman Tuhan hari ini mengajarkan kepada kita tentang hati yang bijak untuk menyatakan dan hidup dalam kebenaran sebagaimana firman Tuhan : “Siapa bersitegang leher, walaupun telah mendapat teguran, akan sekonyong-konyong diremukkan tanpa dapat dipulihkan lagi” (ay. 1).


Kebenaran merupakan bagian kehidupan yang harus selalu ditunjukkan dan dinyatakan di dalam kehidupan. Namun firman Tuhan mengajarkan bahwa setiap orang percaya harus mendasarkan kebenarannya pada Tuhan di bawah pimpinan Roh Kudus dan bukan mendasarkan pada kebenaran dirinya sendiri sebagaimana firman Tuhan : “Dan kalau Ia datang, Ia akan menginsafkan dunia akan dosa, kebenaran dan penghakiman” (Yohanes 16:8). Kebenaran bukan sesuatu hal yang harus diperdebatkan, dipertahankan sampai bersitegang, atau harus dibuktikan dengan menyatakan orang lain bersalah. Tetapi kebenaran haruslah menjadi bagian kehidupan orang percaya yang harus ditegakkan, dinyatakan dan ditularkan kepada orang lain. Setiap orang percaya harus mempunyai kelembutan hati untuk mempercayakan segala sesuatu pada kuasa firman Tuhan, termasuk ketika kebenaran yang disampaikannya ditolak. Firman Tuhan menyatakan secara jelas tata cara untuk menyatakan kebenaran, sebagaimana firman Tuhan : "Apabila saudaramu berbuat dosa, tegorlah dia di bawah empat mata. Jika ia mendengarkan nasihatmu engkau telah mendapatnya kembali. Jika ia tidak mendengarkan engkau, bawalah seorang atau dua orang lagi, supaya atas keterangan dua atau tiga orang saksi, perkara itu tidak disangsikan. Jika ia tidak mau mendengarkan mereka, sampaikanlah soalnya kepada jemaat. Dan jika ia tidak mau juga mendengarkan jemaat, pandanglah dia sebagai seorang yang tidak mengenal Allah atau seorang pemungut cukai” (Matius 18:15-17). Ketika kebenaran, teguran dan penginsafan Roh Kudus ditolak, bahkan seseorang mengeraskan hatinya terhadap kebenaran Tuhan, maka firman Tuhan menyatakan dengan jelas, ‘mereka diremukkan tanpa dapat dipulihkan lagi” (ay. 1). Kata ’diremukkan’ berasal dari kata Ibrani ‘sabar’ yang berarti kesempatan atau waktu Tuhan untuk membuat berbalik. Dengan demikian, apabila kita menjumpai seseorang memiliki kekerasan hati untuk menolak kebenaran atau teguran, maka kita harus menyadari bahwa penyelesaian hal tersebut merupakan kewenangan dan kekuasaan Tuhan. Dengan kuasa, waktu, kesabaran dan kasihNYA, Tuhan pasti akan bertindak untuk menyatakan kebenaranNYA.

Marilah terus belajar untuk memiliki kelembutan dan kerendahan hati, agar kebenaran yang ada di dalam kehidupan kita tetap dapat menjadi berkat dan bukan menjadi batu sandungan bagi orang lain karena kekerasan hati kita untuk mempertahankannya menurut kebenaran kita sendiri, sebagaimana firman Tuhan : “Jika orang benar bertambah, bersukacitalah rakyat, tetapi jika orang fasik memerintah, berkeluhkesahlah rakyat” (ay. 2).

Jumat, 26 Maret 2021

Menaruh Iman di dalam Keluarga

 MENARUH IMAN DI DALAM KELUARGA

Jumat, 26 Maret 2021

Bacaan Firman : Rut 1:1-22

Nas Alkitab : “Tetapi kata Rut: "Janganlah desak aku meninggalkan engkau dan pulang dengan tidak mengikuti engkau; sebab ke mana engkau pergi, ke situ jugalah aku pergi, dan di mana engkau bermalam, di situ jugalah aku bermalam: bangsamulah bangsaku dan Allahmulah Allahku” (ay. 16).


Hubungan mertua dan menantu seringkali menjadi suatu kerikil kecil yang membuat keluarga tidak nyaman. Namun bacaan firman hari ini mengajarkan suatu hubungan hubungan luar biasa yang terbangun antara Rut, sang menantu, dengan Naomi mertuanya. Rut yang berasal dari negeri Moab dan tidak mengenal Allah, berani meninggalkan bangsa, kepercayaan, dan keluarganya di Moab untuk mengikuti kepercayaan, dan kehidupan Naomi yang sudah sebatang kara karena ditinggal mati suami, dan kedua anaknya, sebagaimana firman Tuhan : “Tetapi kata Rut: "Janganlah desak aku meninggalkan engkau dan pulang dengan tidak mengikuti engkau; sebab ke mana engkau pergi, ke situ jugalah aku pergi, dan di mana engkau bermalam, di situ jugalah aku bermalam: bangsamulah bangsaku dan Allahmulah Allahku” (ay. 16). Rut menyadari benar ikatannya dengan Naomi terjadi karena Tuhan, sehingga dia tidak dapat mengingkarinya sebagaimana firman Tuhan : “di mana engkau mati, akupun mati di sana, dan di sanalah aku dikuburkan. Beginilah kiranya TUHAN menghukum aku, bahkan lebih lagi dari pada itu, jikalau sesuatu apapun memisahkan aku dari engkau, selain dari pada maut!" (ay. 17). Menjadi perenungan bagi kita, bagaimanakah hubungan keterikatan kita dengan keluarga kita, orang tua, mertua, istri, atau anak-anak? Apakah kita memiliki hubungan yang luar biasa sebagaimana hubungan Rut dan Naomi?


Teladan iman dan pengajaran firman Tuhan yang ditunjukkan Naomi kepada Rut dalam keluarga, menjadi dasar keyakinan Rut untuk percaya dan beriman kepada Tuhan, Allah Israel. Iman Rut pada Allah membuatnya tetap setia dalam kasihnya kepada Naomi. Naomi adalah teladan orang tua yang mempu menyalurkan iman dan kebaikan Tuhan di dalam keluarga seperti perintah firman Tuhan : “Tetapi kamu harus menaruh perkataanku ini dalam hatimu dan dalam jiwamu; kamu harus mengikatkannya sebagai tanda pada tanganmu dan haruslah itu menjadi lambang di dahimu. Kamu harus mengajarkannya kepada anak-anakmu dengan membicarakannya, apabila engkau duduk di rumahmu dan apabila engkau sedang dalam perjalanan, apabila engkau berbaring dan apabila engkau bangun; engkau harus menuliskannya pada tiang pintu rumahmu dan pada pintu gerbangmu, supaya panjang umurmu dan umur anak-anakmu di tanah yang dijanjikan TUHAN dengan sumpah kepada nenek moyangmu untuk memberikannya kepada mereka, selama ada langit di atas bumi” (Ulangan 11:18-21). Firman Tuhan hari ini mengajarkan bahwa dasar kehidupan kita di dalam keluarga adalah ketertundukan dan keterikatan kita dengan firman Tuhan. Setiap orang tua hanya dapat memberikan kesaksian tentang Tuhan, menyalurkan iman dan kebaikan Tuhan kepada anak-anak dan anggota keluarga, apabila memiliki ketekunan untuk mengajarkan firman Tuhan dan belajar patuh untuk menjalankan firman Tuhan sebagai dasar di dalam  kehidupan.  

Marilah mendasarkan kehidupan kita pada firman Tuhan dan biarlah Tuhan membukakan berkat dan panjang umur bagi kita dan anak cucu keturunan kita, karena ketertundukan dan ketaatan kita pada kebenaran firman Tuhan. 

Kamis, 25 Maret 2021

Tuhan Berkarya Sampai Sekarang

 TUHAN BERKARYA SAMPAI SEKARANG

Kamis, 25 Maret 2021

Bacaan Firman : Yohanes 5:1-18

Nas Alkitab : “Tetapi Ia berkata kepada mereka: "Bapa-Ku bekerja sampai sekarang, maka Akupun bekerja juga" (ay. 17).


Seringkali kita berpikir bahwa ketika kita berada dalam pergumulan, kesukaran hidup, dan sedang menanggung beratnya beban kehidupan, maka Tuhan pun juga diam dan tidak berkarya di dalam kehidupan kita. Kisah seorang lumpuh di tepi kolam Betesda yang menunggu mujijat goncangan kolam Betesda yang begitu fenomenal selama tiga puluh depan tahun, menunjukkan betapa lemahnya keadaan diri kita sebagai orang berdosa. Kita tidak dapat menolong diri kita sendiri untuk menerima keselamatan dan berkat Tuhan. Namun kedatangan Kristus Yesus di kolam itu telah mengubah keadaan orang lumpuh itu menjadi pribadi yang diberkati, disembuhkan, dan menerima keselamatan di dalam Tuhan Yesus sebagaimana firman Tuhan : “Ketika Yesus melihat orang itu berbaring di situ dan karena Ia tahu, bahwa ia telah lama dalam keadaan itu, berkatalah Ia kepadanya: "Maukah engkau sembuh?" Jawab orang sakit itu kepada-Nya: "Tuhan, tidak ada orang yang menurunkan aku ke dalam kolam itu apabila airnya mulai goncang, dan sementara aku menuju ke kolam itu, orang lain sudah turun mendahului aku." Kata Yesus kepadanya: "Bangunlah, angkatlah tilammu dan berjalanlah" (ay. 5-8). Karya Tuhan Yesus telah menyembuhkan dan menyelamatkan orang lumpuh itu. Orang lumpuh itu tidak perlu lagi menunggu seseorang memasukkannya ke kolam Betesda saat bergoncang. Tetapi firman dan perkataan Tuhan Yesus yang hadir di dalam kehidupannya menjadi kuasa yang memberinya jawaban dan pertolongan atas kehidupannya. Orang lumpuh itu tidak hanya memperoleh kuasa Tuhan yang membuatnya dapat bangkit berdiri, tetapi kehadiran Yesus Kristus juga memberinya pengampunan dosa dan keselamatan kekal sebagaimana firman Tuhan : “Kemudian Yesus bertemu dengan dia dalam Bait Allah lalu berkata kepadanya: "Engkau telah sembuh; jangan berbuat dosa lagi, supaya padamu jangan terjadi yang lebih buruk" (ay. 14).


Pengharapan untuk menantikan pertolongan, atau terlepas dari pergumulan hidup, kesukaran dan beban kehidupan, seringkali membuat kita berpikir bahwa Tuhan telah meninggalkan kita dan tidak mau berkarya menolong kehidupan kita. Bukan Tuhan yang tidak mau berkarya di dalam kehidupan kita, tetapi seringkali kita masih keras dan tinggi hati untuk tidak mau menjawab panggilan Tuhan di dalam kehidupan kita. Kita masih mengagungkan kekuatan, kehebatan, dan kemampuan kita sendiri. Tuhan Yesus selalu ada dalam kehidupan kita, dan bertanya apakah keperluan dan pengharapan kita yang dapat dinyatakanNYA di dalam kehidupan kita. Namun kita seringkali tidak mendengar kelembutan suaraNYA. Firman Tuhan hari ini menegaskan kembali bahwa kita memiliki satu pribadi luar biasa yang selalu memperhatikan kehidupan kita, mengetahui kehidupan kita dan mempertanyakan kebutuhan kita. Pribadi itu ialah Yesus Kristus, Tuhan kita. Dia selalu memperhatikan kebutuhan kita dan bertanya apa yang terjadi dengan kita, sebagaimana ditanyakanNYA pada orang lumpuh itu, “Ketika Yesus melihat orang itu berbaring di situ dan karena Ia tahu, bahwa ia telah lama dalam keadaan itu, berkatalah Ia kepadanya: "Maukah engkau sembuh?" (ay. 6). Saat ini pun, Tuhan Yesus juga sedang memperhatikan kehidupan kita dan bertanya tentang pengharapan, pergumulan, dan beban kehidupan kita. Tuhan Yesus hadir untuk kita, bahkan DIA pun sebenarnya hadir pun untuk orang yang tidak mengenal DIA, sebagaimana orang lumpuh yang tidak mengenal Yesus di dalam kehidupannya. Tuhan Yesus mengharapkan respon iman dan kepercayaan kita untuk mau menyerahkan seluruh kehidupan kita kepadaNYA. Kemauan kita untuk memberi jawab kepadaNYA dan kerendahan hati untuk mengakui ketidakmampuan kita, menjadi respon yang diharapkan Tuhan sehingga DIA akan terus menunjukkan karyaNYA di dalam kehidupan kita. Jangan terlalu lama menunda, dan jangan pernah menyerah menanti jawaban atas kehidupan kita, karena Yesus Kristus telah hadir di dalam kehidupan kita, bertanya, dan menantang kita untuk beroleh berkat, keselamatan dan pertolongan kuasaNYA, sebagaimana firman Tuhan : "Bapa-Ku bekerja sampai sekarang, maka Akupun bekerja juga" (ay. 17).


Marilah kembali melihat kelembutan panggilan Tuhan yang memberikan jawaban, pemeliharaan, dan keajaiban mujijat bagi kehidupan kita. Jangan pernah menyia-nyiakan waktu kita untuk menjawab atau menunda menerima tawaran pertolonganNYA, karena Tuhan tetap berkarya di dalam kehidupan kita untuk menolong, memelihara dan memberkati kita sampai saat ini.

------- 

Rabu, 24 Maret 2021

Menyelesaikan Permasalahan Bersama Tuhan

 MENYELESAIKAN PERMASALAHAN BERSAMA TUHAN

Rabu, 24 Maret 2021

Bacaan Firman : Yosua 10:1-43

Nas Alkitab : “Semua raja ini dan negeri mereka telah dikalahkan Yosua sekaligus, sebab yang berperang untuk orang Israel ialah TUHAN, Allah Israel” (ay. 42).


Kepanikan, ketertekanan, dan kebingungan seringkali melanda kehidupan manusia ketika berada dalam permasalahan yang berat, sebagaimana bangsa Israel yang harus menghadapi ancaman persekutuan beberapa kerajaan yang akan melawan mereka sekaligus. Peran dan janji Tuhan terhadap bangsa Israel menjadi kekuatan sekaligus pengharapan untuk bangkit dan berani melakukan peperangan, sebagaimana firman Tuhan : “Berfirmanlah TUHAN kepada Yosua: "Janganlah takut kepada mereka, sebab Aku menyerahkan mereka kepadamu. Tidak seorangpun dari mereka yang akan dapat bertahan menghadapi engkau" (ay. 8). Janji Tuhan yang dinyatakan kepada bangsa Israel, berlaku juga untuk kita yang pada saat ini sedang menghadapi permasalahan, kepanikan, ketertekanan dan kebingungan di dalam kehidupan kita saat menghadapi permasalahan. Penyertaan Tuhan membuat kita memiliki keberanian dan tidak takut menghadapi permasalahan karena Tuhan telah menjadikan kita sebagai pemenang, menyertai dan memberikan kekuatan bagi kita untuk mampu melewati dan menyelesaikan setiap permasalahan dengan kemenangan bersama Tuhan.


Permasalahan, penderitaan dan pergumulan tidak membuat kita jauh dan dilupakan Tuhan, tetapi justru dalam permasalahan, penderitaan dan pergumulan, Tuhan akan menunjukkan betapa luarbiasanya kuasa dan karya Tuhan di dalam kehidupan kita, umat dan orang-orang yang dikasihiNYA, sebagaimana firman Tuhan : “Semua raja ini dan negeri mereka telah dikalahkan Yosua sekaligus, sebab yang berperang untuk orang Israel ialah TUHAN, Allah Israel” (ay. 42). Bacaan firman di atas menegaskan bahwa penyelesaian permasalahan di dalam kehidupan umat Tuhan terjadi karena kuasa dan pertolongan Tuhan, dan bukan karena kekuatan dan kehebatan kita. Oleh karenanya, kita tidak dapat mengandalkan kekuatan, kemampuan, kepandaian, dan kehebatan kita sendiri untuk berperang maju dan menyelesaikan permasalahan. Apabila kita berserah, menunjukkan kepatuhan, dan ketertundukan kepada perintah Tuhan, maka Tuhan akan bertindak bagi kita. Tuhan akan dapat bertindak sendiri bagi kita untuk menyelesaikan permasalahan kita seperti saat Tuhan mengacaukan dan melempari batu musuh orang Israel sehingga mereka tercerai berai, terbunuh, mengalami ketakutan dan kekalahan (ay. 10-11).  Tuhan pun dapat mempergunakan kuasaNYA dalam kehidupan kita untuk menunjukkan pertolonganNYA seperti ketika Yosua meminta Tuhan untuk menghentikan matahari dan bulan karena waktunya hampir senja dan peperangan harus dihentikan. Tuhan mengabulkan permintaan Yosua untuk menghentikan matahari dan bulan sehingga peperangan dapat dilanjutkan, pengejaran musuh dan kemenangan dapat diperoleh bangsa Israel sebagaimana firman Tuhan : “Lalu Yosua berbicara kepada TUHAN pada hari TUHAN menyerahkan orang Amori itu kepada orang Israel; ia berkata di hadapan orang Israel: "Matahari, berhentilah di atas Gibeon dan engkau, bulan, di atas lembah Ayalon!" Maka berhentilah matahari dan bulanpun tidak bergerak, sampai bangsa itu membalaskan dendamnya kepada musuhnya. Bukankah hal itu telah tertulis dalam Kitab Orang Jujur? Matahari tidak bergerak di tengah langit dan lambat-lambat terbenam kira-kira sehari penuh” (ay. 12-13). Tuhan pun dapat mengatur alam semesta, dan dunia ini sehingga kita tidak terlambat, tidak terhambat, dan terus dapat menjalani kehidupan dan menyelesaikan permasalahan kita dengan pertolongan dan  berkat-berkat Tuhan secara luar biasa sebagaimana kuasa Tuhan untuk menghentikan matahari dan bulan sehingga orang Israel memperoleh kemenangan, tidak terhambat, tidak terlambat oleh perhitungan waktu dan di dunia ini sebagaimana firman Tuhan : “Belum pernah ada hari seperti itu, baik dahulu maupun kemudian, bahwa TUHAN mendengarkan permohonan seorang manusia secara demikian, sebab yang berperang untuk orang Israel ialah TUHAN: (ay. 14).


Marilah terus meyakini janji pertolongan Tuhan di dalam kehidupan kita saat menghadapi permasalahan apapun di dunia ini sebagaimana firman Tuhan : “Lalu berkatalah Yosua kepada mereka: "Janganlah takut dan janganlah tawar hati, kuatkan dan teguhkanlah hatimu, sebab secara itulah akan dilakukan TUHAN kepada semua musuhmu, yang kamu perangi." (ay. 25). Tuhanlah penolong dan pembela di dalam kehidupan kita, dan Tuhanlah yang akan berperang dan menyelesaikan semua permasalahan kita supaya kita boleh melihat penyertaan, pertolongan, dan karya ajaib Tuhan di dalam kehidupan kita. 

Selasa, 23 Maret 2021

Hidup dalam Hikmat Tuhan

H IDUP DALAM HIKMAT TUHAN

Selasa, 23 Maret 2021

Bacaan Firman : Amsal 23:1-34

Nas Alkitab : “Ketahuilah, demikian hikmat untuk jiwamu: Jika engkau mendapatnya, maka ada masa depan, dan harapanmu tidak akan hilang” (ay. 14).


Keberhasilan hidup menjadi harapan setiap orang. Keberhasilan hidup tidak hanya terjadi apabila kita mampu meraih pengharapan di masa depan, tetapi keberhasilan hidup juga terjadi ketika kita mempunyai keteguhan hati untuk menghadapi berbagai permasalahan hidup di dunia ini. Firman Tuhan menegaskan bahwa keberhasilan hidup dapat diperoleh manusia apabila dia mempunyai hikmat di dalam kehidupannya sebagaimana firman Tuhan : “Ketahuilah, demikian hikmat untuk jiwamu: Jika engkau mendapatnya, maka ada masa depan, dan harapanmu tidak akan hilang” (ay. 14). Namun demikian, di dalam kehidupan, banyak orang yang sering melupakan hikmat Tuhan. Mereka mengandalkan kekuatan, pemikiran, dan keinginannya sendiri, tanpa pernah mau bertanya dan melibatkan Tuhan di dalam kehidupannya. Hikmat Tuhan akan menolong kita untuk belajar menyerahkan diri, melibatkan dan mempercayakan kehidupannya kepada Tuhan. Hikmat bukan sekedar kecerdasan atau kepandaian semata-mata, tetapi hikmat Tuhan adalah cara hidup yang baik, berakal budi, dipenuhi ucapan syukur dan puji-pujian karena kehidupan kita berada dalam takut  pada Tuhan sebagaimana firman Tuhan: “Permulaan hikmat adalah takut akan TUHAN, semua orang yang melakukannya berakal budi yang baik. Puji-pujian kepada-Nya tetap untuk selamanya” (Mazmur 111:10). Hikmat Tuhan menjadi kekuatan kehidupan orang-orang percaya sebagaimana firman Tuhan : “Orang yang bijak lebih berwibawa dari pada orang kuat, juga orang yang berpengetahuan dari pada orang yang tegap kuat” (ay. 5).


Seseorang yang meletakkan hidupnya pada hikmat Tuhan akan diberikan kemampuan untuk menata kehidupannya sebagaimana firman Tuhan : ““Karena hanya dengan perencanaan engkau dapat berperang, dan kemenangan tergantung pada penasihat yang banyak. Selesaikanlah pekerjaanmu di luar, siapkanlah itu di ladang; baru kemudian dirikanlah rumahmu” (ay. 6,27). Hikmat Tuhan juga akan memberikan kekuatan dan optimisme hidup saat menghadapi permasalahan dunia ini, sebagaimana firman Tuhan : “Sebab tujuh kali orang benar jatuh, namun ia bangun kembali, tetapi orang fasik akan roboh dalam bencana” (ay. 16). Hikmat Tuhan juga akan menuntun kita selalu melakukan kebaikan bagi orang lain, bahkan ketika kita harus menghadapi musuh sekalipun sebagaimana firman Tuhan : “Bebaskan mereka yang diangkut untuk dibunuh, selamatkan orang yang terhuyung-huyung menuju tempat pemancungan. Jangan bersukacita kalau musuhmu jatuh, jangan hatimu beria-ria kalau ia terperosok, supaya TUHAN tidak melihatnya dan menganggapnya jahat, lalu memalingkan murkanya dari pada orang itu” (ay. 11,17,18). Hikmat juga menjadi pengingat kita bahwa kehidupan kita selalu berada dalam kemahatahuan dan kendali Tuhan sebagaimana firman Tuhan : “Kalau engkau berkata: "Sungguh, kami tidak tahu hal itu!" Apakah Dia yang menguji hati tidak tahu yang sebenarnya? Apakah Dia yang menjaga jiwamu tidak mengetahuinya, dan membalas manusia menurut perbuatannya?” (ay. 12). Hikmat akan selalu membawa kehidupan kita berada dalam perkenan dan ketertundukan pada Tuhan.

Marilah kita menjalani kehidupan kita dengan terus memohon pada hikmat Tuhan agar kita dapat melalui segala jalan kehidupan kita hanya pada jalan yang diperkenan Tuhan. Hikmat Tuhan hanya dapat diperoleh ketika kita mengakui keterbatasan dan kelemahan kita, serta memiliki kerendahan hati untuk meminta hikmat kepada Tuhan sebagaimana firman Tuhan : “Tetapi apabila di antara kamu ada yang kekurangan hikmat, hendaklah ia memintakannya kepada Allah, --yang memberikan kepada semua orang dengan murah hati dan dengan tidak membangkit-bangkit--,maka hal itu akan diberikan kepadanya” (Yakobus 1:5).

------- 

Senin, 22 Maret 2021

Bersyukur Karena Tuhan

 BERSYUKUR KARENA TUHAN

Senin, 22 Maret 2021

Bacaan Firman : Mazmur 147

Nas Alkitab : “Haleluya! Sungguh, bermazmur bagi Allah kita itu baik, bahkan indah, dan layaklah memuji-muji itu. TUHAN membangun Yerusalem, Ia mengumpulkan orang-orang Israel yang tercerai-berai; Ia menyembuhkan orang-orang yang patah hati dan membalut luka-luka mereka” (ay. 1-3).


Banyak orang yang kehilangan alasan untuk mengucap syukur ketika menghadapi pergumulan, penderitaan, dan kesukaran hidup. Bacaan firman Tuhan hari ini mengingatkan kembali kepada kita bahwa kita mengucap syukur bukan karena berkat yang diberikan Tuhan di dalam kehidupan kita tetapi karena pribadi Tuhan luar biasa yang telah menyatakan pemeliharaanNYA melalui kekuasaan dan kemurahanNYA di dalam kehidupan kita. Kekuasaan Tuhanlah yang mengatur, menentukan dan mengarahkan seluruh kehidupan kita kepada kebaikan, sebagaimana firman Tuhan : “TUHAN membangun Yerusalem, Ia mengumpulkan orang-orang Israel yang tercerai-berai. Ia menentukan jumlah bintang-bintang dan menyebut nama-nama semuanya. Dia, yang menutupi langit dengan awan-awan, yang menyediakan hujan bagi bumi, yang membuat gunung-gunung menumbuhkan rumput” (ay. 2,4,8). Kemurahan Tuhanlah yang memelihara kita dengan kasih, kepedulian, dan kerelaan diri untuk berkorban bagi kebaikan manusia, sebagaimana firman Tuhan : “Ia menyembuhkan orang-orang yang patah hati dan membalut luka-luka mereka; TUHAN menegakkan kembali orang-orang yang tertindas, tetapi merendahkan orang-orang fasik sampai ke bumi. Dia, yang memberi makanan kepada hewan, kepada anak-anak burung gagak, yang memanggil-manggil” (ay. 3,6,9). Firman Tuhan menegaskan keluarbiasaan karya Tuhan dalam kehidupan kita dengan menyatakan : “Besarlah Tuhan kita dan berlimpah kekuatan, kebijaksanaan-Nya tak terhingga” (ay. 5).


Firman Tuhan mengingatkan bahwa bersyukur merupakan cara terbaik untuk mengakui sekaligus mengucapkan terimakasih atas kekuasaan dan kemurahan yang sudah dinyatakan untuk kebaikan dalam kehidupan kita sebagaimana firman Tuhan : “Haleluya! Sungguh, bermazmur bagi Allah kita itu baik, bahkan indah, dan layaklah memuji-muji itu. Bernyanyilah bagi TUHAN dengan nyanyian syukur, bermazmurlah bagi Allah kita dengan kecapi!” (ay. 1,7). Setiap orang percaya harus terus bersyukur, karena hal tersebut merupakan sikap yang diperkenan Tuhan sebagai ungkapan takut akan Tuhan, serta sikap kerendahan hati untuk berharap, mengandalkan Tuhan, dan hati yang selalu berharap akan kasih setia Tuhan sebagaimana firman Tuhan : “Ia tidak suka kepada kegagahan kuda, Ia tidak senang kepada kaki laki-laki; TUHAN senang kepada orang-orang yang takut akan Dia, kepada orang-orang yang berharap akan kasih setia-Nya” (ay. 10-11).


Marilah terus mengingat dan berterima kasih kepada semua karya Tuhan di dalam kehidupan kita melalui ucapan syukur dalam setiap kehidupan kita.

------- 

Kata mutiara hari ini :

KEHIDUPAN AKAN TERUS BERJALAN DAN BERARTI APABILA DIISI DENGAN UCAPAN SYUKUR.

Sabtu, 20 Maret 2021

Kejujuran di hadapan Tuhan

 KEJUJURAN DI HADAPAN TUHAN

Sabtu, 20 Maret 2021

Bacaan Firman : Amsal 11:1-15

Nas Alkitab : “Orang yang jujur dipimpin oleh ketulusannya, tetapi pengkhianat dirusak oleh kecurangannya. Pada hari kemurkaan harta tidak berguna, tetapi kebenaran melepaskan orang dari maut” (ay. 3-4).


Kejujuran menjadi dambaan setiap orang, sekaligus menjadi hal langka yang diperoleh di dunia ini. Namun firman Tuhan mengingatkan kembali bahwa kejujuran merupakan sesuatu hal yang sangat dikehendaki Tuhan untuk dimiliki oleh orang-orang percaya. Bahkan secara tegas firman Tuhan mengingatkan bahwa ketika kita tidak jujur di hadapan Allah, maka hal itu merupakan kekejian di hadapan Tuhan, sebagaimana firman Tuhan : “Neraca serong adalah kekejian bagi TUHAN, tetapi Ia berkenan akan batu timbangan yang tepat” (ay. 1). Hidup dalam kejujuran merupakan hal yang diperkenan Tuhan dalam kehidupan.


Kejujuran berasal dari kata Ibrani “yashar” yang berarti hidup dalam kebenaran, lurus sesuai aturan, menghargai hak-hak yang dimiliki orang lain, mau berlaku adil bagi sesama, dan berusaha membuat kesejahteraan bagi semua. Pengertian di atas jelas mengungkapkan bahwa kejujuran bukanlah berorientasi hanya kepada diri pribadi semata-mata, tetapi justru mengarahkan hidupnya kepada pengutamaan kepentingan orang lain, baik menghargai hak orang lain, memperlakukan keadilan bagi orang lain, bahkan juga memikirkan kesejahteraan dan kebaikan orang lain juga. Oleh karenanya firman Tuhan menegaskan bahwa seseorang yang mau hidup jujur harus memiliki ketulusan hati dan tidak mau hidup dalam kecurangan, sebagaimana firman Tuhan : “Orang yang jujur dipimpin oleh ketulusannya, tetapi pengkhianat dirusak oleh kecurangannya” (ay. 3). Seorang yang jujur, hidupnya tidak berorientasi hanya kepada harta semata-mata atau materialistik, tetapi juga menghargai kebenaran, kekekalan dan rohaniah, bahkan dia juga memahami mengenai keterbatasan dan kefanaan kehidupan dunia ini sehingga pada akhirnya kehidupan diarahkan kepada perkenan Tuhan, dan hidup yang mampu menjadi saksi Tuhan sebagaimana firman Tuhan : “Pada hari kemurkaan harta tidak berguna, tetapi kebenaran melepaskan orang dari maut” (ay. 4). Seorang yang jujur juga dilandasi oleh keberanian untuk hidup dalam kesalehan. Seorang yang hidup saleh akan mendasarkan keseluruhan hidupnya pada ketaatan akan firman Tuhan, dan takut akan Tuhan dengan meniadakan kemunafikan sehingga apa yang dilakukan merupakan ketulusan hati untuk menghambakan diri karena sedemikian besar kasih yang dimilikinya kepada Tuhan. Jalan kehidupan seorang yang saleh, akan selalu dipimpin, dan dituntun Tuhan sebagaimana firman Tuhan : “Jalan orang saleh diratakan oleh kebenarannya, tetapi orang fasik jatuh karena kefasikannya. Orang yang jujur dilepaskan oleh kebenarannya, tetapi pengkhianat tertangkap oleh hawa nafsunya” (ay. 5-6). 


Marilah terus belajar hidup dalam kejujuran di hadapan Allah, karena selain menjadikan hidup kita berkenan di hadapan Tuhan, kejujuran juga menjadi berkat bagi banyak orang sebagaimana firman Tuhan :” Bila orang benar mujur, beria-rialah kota, dan bila orang fasik binasa, gemuruhlah sorak-sorai. Berkat orang jujur memperkembangkan kota, tetapi mulut orang fasik meruntuhkannya” (ay. 10-11).

------- 

Jumat, 19 Maret 2021

Berjalan Di Dalam Tuhan

 BERJALAN DI DALAM TUHAN

Jumat, 19 Maret 2021

Bacaan Firman : Amsal 10:27-32

Nas Alkitab : “Jalan TUHAN adalah perlindungan bagi orang yang tulus, tetapi kebinasaan bagi orang yang berbuat jahat. Orang benar tidak terombang-ambing untuk selama-lamanya, tetapi orang fasik tidak akan mendiami negeri” (ay. 29-30).


Jalan yang benar menjadi kebutuhan setiap orang. Namun tidak setiap orang bersedia menjalani hidupnya pada jalan yang benar karena berbagai macam hukum, aturan, dan perintah Tuhan yang harus ditaatinya. Jalan yang benar digambarkan sebagai jalan yang sempit, sebagaimana firman Tuhan : “Masuklah melalui pintu yang sesak itu, karena lebarlah pintu dan luaslah jalan yang menuju kepada kebinasaan, dan banyak orang yang masuk melaluinya; karena sesaklah pintu dan sempitlah jalan yang menuju kepada kehidupan, dan sedikit orang yang mendapatinya" (Matius 7:13-14). Kata ’pintu yang sesak’ menggambarkan terbatasnya pintu kehidupan, pengantara, dan Juru Selamat yang sanggup membawa kita kepada Allah Bapa di sorga, kecuali pribadi yang ditunjuk di dalam Firman Tuhan. Firman Tuhan hanya menunjuk satu pribadi yang sanggup menjadi pengantara, pintu kehidupan dan Juru Selamat bagi kita semua, yaitu Yesus Kristus, sebagaimana firman Tuhan : “Akulah pintu; barangsiapa masuk melalui Aku, ia akan selamat dan ia akan masuk dan keluar dan menemukan padang rumput. Pencuri datang hanya untuk mencuri dan membunuh dan membinasakan; Aku datang, supaya mereka mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan” (Yohanes 10:9-10). Bahkan Tuhan Yesus telah memutlakkan dirinya sebagai satu-satunya jalan kehidupan bagi kita semua, sebagaimana firman Tuhan : “Kata Yesus kepadanya: "Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku” (Yohanes 14:6).  Seorang yang telah menjadikan Kristus Yesus sebagai Tuhan, dan Juru Selamatnya, akan mengasihi DIA dan menundukkan diri untuk melaksanakan segala perintahNYA sebagaimana firman Tuhan : “Jawab Yesus: "Jika seorang mengasihi Aku, ia akan menuruti firman-Ku dan Bapa-Ku akan mengasihi dia dan Kami akan datang kepadanya dan diam bersama-sama dengan dia. Barangsiapa tidak mengasihi Aku, ia tidak menuruti firman-Ku; dan firman yang kamu dengar itu bukanlah dari pada-Ku, melainkan dari Bapa yang mengutus Aku” (Yohanes 14:23-24).


Kehidupan di dalam Tuhan akan memberikan harapan dan memberikan hidup kekal bagi kita, sebagaimana firman Tuhan : “Takut akan TUHAN memperpanjang umur, tetapi tahun-tahun orang fasik diperpendek. Harapan orang benar akan menjadi sukacita, tetapi harapan orang fasik menjadi sia-sia” (ay. 27-28). Selain berarti memperoleh usia yang dapat menikmati kehidupan bersama anak cucu, kata ‘memperpanjang umur’ juga berarti adanya kesempatan untuk menikmati kehidupan kekal bersama Allah Bapa di dalam Kerajaan sorga, setelah kita mengalami kematian secara jasmani. Oleh karenanya, pengharapan kita di dalam Tuhan Yesus Kristus, tidak hanya berupa pengharapan pada kehidupan jasmaniah yang terjadi saat ini saja, tetapi juga pengharapan pada kehidupan kekal bersama Allah Bapa di dalam Kerajaan Sorga. Selain itu, firman Tuhan juga mengajarkan bahwa di dalam Tuhan ada kepastian kehidupan. Kita memiliki sumber kehidupan, solusi dan jawaban yang benar dalam kehidupan, bahkan pertolongan dan perlindungan saat mengalami berbagai macam dinamika dan permasalahan kehidupan karena Roh Kudus yang selalu hadir di dalam kehidupan kita sebagai penolong, sebagaimana firman Tuhan : “Orang benar tidak terombang-ambing untuk selama-lamanya, tetapi orang fasik tidak akan mendiami negeri” (ay. 30).


Marilah menjaga kehidupan kita agar berkenan, menyenangkan dan memuliakan nama Tuhan dengan seluruh kehidupan dan ucapan bibir kita sebagaimana firman Tuhan : “Mulut orang benar mengeluarkan hikmat, tetapi lidah bercabang akan dikerat. Bibir orang benar tahu akan hal yang menyenangkan, tetapi mulut orang fasik hanya tahu tipu muslihat” (ay. 31-32).

Kamis, 18 Maret 2021

Hidup dalam Hikmat Tuhan

 HIDUP DALAM HIKMAT TUHAN

Kamis, 18 Maret 2021

Bacaan Firman : Amsal 3:1-26

Nas Alkitab : “Percayalah kepada TUHAN dengan segenap hatimu, dan janganlah bersandar kepada pengertianmu sendiri. Akuilah Dia dalam segala lakumu, maka Ia akan meluruskan jalanmu. Janganlah engkau menganggap dirimu sendiri bijak, takutlah akan TUHAN dan jauhilah kejahatan; itulah yang akan menyembuhkan tubuhmu dan menyegarkan tulang-tulangmu.” (ay. 5-8).


Permasalahan, pergumulan, penderitaan, dan berbagai beban kehidupan seringkali menjadi keterkejutan yang mengagetkan kehidupan kita, karena kita tidak pernah siap untuk menjalaninya. Bacaan firman Tuhan hari ini mengingatkan bahwa setiap orang percaya mempunyai sandaran dan panduan yang pasti di dalam kehidupannya saat menghadapi dinamika dan permasalahan dunia ini sehingga seharusnya tidak lagi berada dalam keterkejutan, atau kekagetan yang membuatnya khawatir, depresi dan ketakutan sebagaimana firman Tuhan: “Janganlah takut kepada kekejutan yang tiba-tiba, atau kepada kebinasaan orang fasik, bila itu datang. Karena Tuhanlah yang akan menjadi sandaranmu, dan akan menghindarkan kakimu dari jerat” (ay. 25-26). Firman Tuhan di atas menyatakan bahwa pengajaran dan firman Tuhan menjadi kekuatan rohani yang memberikan hikmat bagi setiap orang percaya saat menghadapi apapun, bahkan ketika harus berada dalam keadaan paling buruk sekalipun. Hikmat dari Tuhan inilah yang memberi pengajaran, kekuatan, tuntunan, bahkan menjalin hubungan yang dekat dengan Tuhan sehingga kita boleh dikuatkan dan diteguhkan bahkan memperoleh jaminan pengharapan atas pertolongan dan janji kebaikan Tuhan di dalam kehidupan kita. Sudahkah kita memperoleh hikmat sejati dari Tuhan?


Firman Tuhan menegaskan bahwa hikmat sejati adalah perintah dan ajaran Tuhan yang dinyatakan di dalam kehidupan kita. Hikmat tersebut merupakan kasih setia yang diberikan Tuhan agar kita dapat menerima dan menikmati berkat kebaikan Tuhan di dalam kehidupan kita, sehingga kita harus mengingatnya, memeliharanya, dan setia menjalankannya sebagaimana firman Tuhan : “Hai anakku, janganlah engkau melupakan ajaranku, dan biarlah hatimu memelihara perintahku, karena panjang umur dan lanjut usia serta sejahtera akan ditambahkannya kepadamu. Janganlah kiranya kasih dan setia meninggalkan engkau! Kalungkanlah itu pada lehermu, tuliskanlah itu pada loh hatimu” (ay. 1-3). Secara khusus firman Tuhan menegaskan bahwa hikmat Tuhan adalah hidup dalam takut akan Tuhan sebagaimana firman Tuhan : “Percayalah kepada TUHAN dengan segenap hatimu, dan janganlah bersandar kepada pengertianmu sendiri. Akuilah Dia dalam segala lakumu, maka Ia akan meluruskan jalanmu. Janganlah engkau menganggap dirimu sendiri bijak, takutlah akan TUHAN dan jauhilah kejahatan; itulah yang akan menyembuhkan tubuhmu dan menyegarkan tulang-tulangmu” (ay. 5-8). Ketika kita mengimplemenasikan hikmat Tuhan, maka hikmat itu akan mendorong kita memberikan yang terbaik untuk Tuhan, termasuk harta dan pendapatan kehidupan kita sebagaimana firman Tuhan : “Muliakanlah TUHAN dengan hartamu dan dengan hasil pertama m  dari segala penghasilanmu, maka lumbung-lumbungmu akan diisi penuh sampai melimpah-limpah, dan bejana pemerahanmu akan meluap dengan air buah anggurnya” (ay. 9-10).  


Orang yang berhikmat adalah orang yang beruntung dan berbahagia karena kehidupannya yang mengandalkan Tuhan sebagaimana firman Tuhan: “Berbahagialah orang yang mendapat hikmat, orang yang memperoleh kepandaian, karena keuntungannya melebihi keuntungan perak, dan hasilnya melebihi emas. Ia lebih berharga dari pada permata; apapun yang kauinginkan, tidak dapat menyamainya. Umur panjang ada di tangan kanannya, di tangan kirinya kekayaan dan kehormatan. Jalannya adalah jalan penuh bahagia, segala jalannya sejahtera semata-mata” (ay. 13-17).


Marilah hidup dalam takut akan Tuhan dan mengandalkan Tuhan dalam segala hal sehingga kita dapat merasakan penyertaan, didikan dan buah pengajaran yang Tuhan nyatakan dalam hidup kita.

------- 

Senin, 01 Maret 2021

Empat Langkah Menuju Pengampunan



Four Steps Towards Forgiveness


BY RICK WARREN —


”Get rid of all bitterness, rage and anger, brawling and slander, along with every form of malice. Be kind and compassionate to one another, forgiving each other, just as in Christ God forgave you.”

Ephesians 4:31-32 (NIV)


If you’re like most people, you might have some misconceptions about what it means to forgive. And, because you don’t understand forgiveness, you find it really difficult to forgive.


As a follower of Jesus, you need to understand forgiveness. The Bible clearly calls Christians to forgive. Galatians 6:1 says, “Brothers and sisters, if someone is caught in a sin, you who live by the Spirit should restore that person gently” (NIV).


So, if God expects you to forgive others, what does healthy, biblical forgiveness look like? Here are four things you should do when you need to forgive someone.


1. Recognize no one is perfect. When you hate somebody, you tend to lose your perspective about that person. Resentment, bitterness, and hurt make you stop seeing that person as a fellow human being. You treat them like an animal. But the truth is everyone is in the same boat. The Bible says, “Not a single person on earth is always good and never sins” (Ecclesiastes 7:20 NLT). We’re all imperfect.


2. Relinquish your right to get even. This is the heart of forgiveness. The Bible says, “Never avenge yourselves. Leave that to God, for he has said that he will repay those who deserve it” (Romans 12:19 TLB). Even if you think you deserve to retaliate, don’t. If the hurt runs deep, you may have to commit over and over again to not getting even. But, no matter what, leave the repayment to God.


3. Respond to evil with good. Humanly speaking, it’s nearly impossible to respond to evil with good. You’ll need God’s help. You’ll need the love of Jesus to fill you up. Why? “[Love] keeps no record of wrongs” (1 Corinthians 13:5 NIV). When you can respond to evil with good, you’ll know you’ve fully released someone from the wrong they’ve done to you.


4. Refocus on God’s plan for your life. As long as you continue to focus on the person who has hurt you, that person controls you. In fact, it often goes a step further: If you don’t release your offender, you will begin to resemble your offender. So stop focusing on the hurt and the person who hurt you. Instead, refocus on God’s purpose for your life—his purpose is greater than any problem or pain you might be facing.


Don’t sit another day in your resentment. If you’ve been holding on to pain caused by someone else, go through these four steps and move on to the life you were created to live!


Talk It Over


* In today’s Daily Hope devotional, Pastor Rick shared four things to do when you need to forgive someone. Which one of these four steps is most difficult for you? Which is easiest?


* When did you try to get revenge instead of leaving repayment to God? What did you learn from that situation?


* When have you responded to evil with good? How did that situation turn out? What did you learn?



Empat Langkah Menuju Pengampunan


OLEH RICK WARREN -


”Segala kepahitan, kegeraman, kemarahan, pertikaian dan fitnah hendaklah dibuang dari antara kamu, demikian pula segala kejahatan. Tetapi hendaklah kamu ramah seorang terhadap yang lain, penuh kasih mesra dan saling mengampuni, sebagaimana Allah di dalam Kristus telah mengampuni kamu.”


Efesus 4: 31-32 (New International Version/NIV)


Jika kita seperti kebanyakan orang, kita mungkin memiliki beberapa kesalahpahaman tentang apa artinya mengampuni. Dan, karena kita tidak memahami pengampunan, kita merasa sangat sulit untuk mengampuni.


Sebagai pengikut Yesus, kita perlu memahami pengampunan. Alkitab dengan jelas memanggil orang Kristen untuk mengampuni. Galatia 6: 1 mengatakan, “Saudaraku, jika seseorang terjebak dalam dosa, kamu yang hidup oleh Roh harus memulihkan orang itu dengan lembut” (NIV).


Jadi, jika Allah mengharapkan kita untuk mengampuni orang lain, seperti apakah pengampunan yang sehat dan alkitabiah itu? Berikut empat hal yang harus kita lakukan saat kita perlu mengampuni seseorang.


1. Mengakui bahwa tidak ada seorangpun yang sempurna. Ketika kita membenci seseorang, kita cenderung kehilangan perspektif kita tentang orang itu. Kebencian, kepahitan, dan sakit hati membuat kita berhenti memandang orang itu sebagai sesama manusia. Kita memperlakukan mereka seperti binatang. Tapi kenyataannya semua orang ada di perahu yang sama. Alkitab berkata, “Tidak ada seorang pun di dunia ini yang selalu baik dan tidak pernah berdosa” (Pengkhotbah 7:20 New Living Translation/NLT). Kita semua tidak sempurna.


2. Kita buang hak kita untuk membalas dendam. Inilah inti pengampunan. Alkitab berkata, “Jangan pernah membalaskan dendammu. Serahkan itu kepada Tuhan, karena Dia telah berkata bahwa Dia akan membalas mereka yang pantas menerimanya” (Roma 12:19 TLB). Meskipun kita merasa pantas untuk membalas, jangan kita lakukan itu. Jika rasa sakitnya semakin dalam, kita mungkin harus berkomitmen berulang kali untuk tidak membalas dendam. Tapi, apapun yang terjadi, kita serahkan pembalasannya pada Allah.


3. Kita tanggapi kejahatan dengan kebaikan. Secara manusia, hampir tidak mungkin menanggapi kejahatan dengan kebaikan. Kita akan membutuhkan bantuan Tuhan. Kita akan membutuhkan kasih Yesus untuk memenuhi kita. Mengapa? "[Kasih] tidak menyimpan kesalahan" (1 Korintus 13: 5 NIV). Ketika kita dapat menanggapi kejahatan dengan kebaikan, kita akan tahu bahwa kita telah sepenuhnya melepaskan seseorang dari kesalahan yang telah mereka lakukan kepada kita.


4. Kita fokus kembali pada rencana Allah untuk hidup kita. Selama kita terus berfokus pada orang yang telah menyakiti kita, orang itu mengendalikan kita. Faktanya, ini sering kali melangkah lebih jauh: Jika kita tidak membebaskan pelaku, kita akan mulai menyerupai si pelaku. Jadi berhentilah kita berfokus pada luka dan orang yang menyakiti kita. Sebaliknya, kita fokus kembali pada tujuan Allah untuk hidup kita— tujuan-Nya lebih besar daripada masalah atau rasa sakit apa pun yang mungkin kita hadapi.


Jangan kita duduk di hari lain dalam kebencian. Jika kita selama ini berpegang pada rasa sakit yang disebabkan oleh orang lain, kita lakukanlah empat langkah ini dan kita lanjutkan ke kehidupan untuk apa kita diciptakan dalam hidup ini!


Untuk Kita Renungkan


* Dalam renungan Harian kita hari ini, Pendeta Rick membagikan empat hal yang harus dilakukan ketika Anda perlu memaafkan seseorang. Manakah dari empat langkah berikut yang paling sulit bagi Anda? Mana yang paling mudah?


* Kapan Anda mencoba untuk membalas dendam daripada menyerahkan pembalasannya kepada Tuhan? Apa yang Anda pelajari dari situasi itu?


* Kapan Anda menanggapi kejahatan dengan kebaikan? Bagaimana situasi itu berubah? Apa yang Anda pelajari?