Kamis, 13 Mei 2021

Menjadi Saksi Kristus”

 Menjadi Saksi Kristus”


BACAAN PAGI: Lukas 24:44-53
BACAAN MALAM: Efesus 1:15-23


Setelah 40 hari Yesus bangkit dan menampakkan diri-Nya kepada para murid, Ia terangkat kembali naik ke sorga. Mereka diberikan tanggungjawab yang besar sebagai para saksi atas kehidupan, kematian, serta kebangkitan-Nya. Yesus tegas mengatakan, "Kamu adalah saksi dari semuanya ini!" (48) Karena itu mereka wajib mengatakan apa yang mereka lihat dan alami, tanpa boleh ada rekayasa atau kebohongan sekecil apapun dalam kesaksian mereka. Mereka adalah saksi mata yang telah dilakukan dan diucapkan oleh Tuhan Yesus, dan harus memberitakan tentang pertobatan dan pengampunan dosa kepada segala bangsa. (47) Apa yang telah terjadi adalah penggenapan dari apa yang telah tertulis dalam kitab Taurat Musa dan kitab nabi-nabi dan kitab Mazmur. (44) Kesaksian mereka itulah yang telah dibukukan juga oleh Roh Kudus menjadi kitab Perjanjian Baru. Yesus yang kini telah berada di sorga kelak akan datang kembali untuk menjemput kita yang percaya kepada Dia. Dia juga akan menghakimi dunia ini, baik yang hidup mau pun yang mati.
Tanggungjawab dan kewajiban yang sama kini telah diserahkan kepada kita sebagai penerus janji untuk disampaikan kepada segala bangsa, agar yang percaya boleh bertobat dan beroleh hidup yang kekal. Karena itu, setiap hari kita mengemban tanggungjawab untuk menyampaikan kasih Allah di dalam dan melalui Yesus. Menjadi saksi Kristus memang tidak mudah. Sebagaimana Dia sendiri telah ditolak dan disalibkan oleh orang Yahudi, jiwa kita pun dapat terancam oleh pihak-pihak yang tidak menyukai kita mau pun oleh mereka yang merasa disudutkan oleh kesaksian yang kita berikan. Sebab Iblis sangat tidak menyukai siapa pun orang yang percaya dan menjadi pengikut Yesus. Iblis merasa tersudut oleh pemberitaan kita, karena itu ia juga pasti akan bekerja juga melalui orang-orang di sekeliling kita untuk menolak dan membenci kita. Karena itu jangan heran jika banyak oknum yang memang sangat tidak suka bila kita menjadi saksi-saksi Kristus. Bahkan bisa jadi orang-orang terdekat kita pun seringkali dipakai Iblis untuk merusak rencana Allah dalam hidup kita. Sasaran utama Iblis adalah justru para hamba Tuhan. Hal ini perlu dan harus disadari oleh masing-masing pribadi hamba Tuhan mau pun orang tertentu dalam lingkungan terdekat hamba Tuhan. Namun bagi para hamba Tuhan, jangan takut untuk menjadi saksi Kristus, karena kuasa Allah telah diberikan bagi kita untuk melakukan semua itu, juga janji akan penyertaan-Nya. Mari bersaksi, dan “Ikutlah Yesus!” Amin!


Doa: 🙏
“Kenaikan-Mu kembali ke sorga adalah janji terbesar bagi kami, ya Tuhan Yesus, bahwa Engkau akan datang kembali menjemput kami. Jadikanlah kami saksi Injil-Mu. Amin!”

Rabu, 05 Mei 2021

Untuk Tumbuh Bijaksana, Kita Periksalah Hidup Kita

To Grow Wise, Examine Your Life
BY RICK WARREN —
”Examine yourselves to see if your faith is genuine. Test yourselves. Surely you know that Jesus Christ is among you; if not, you have failed the test of genuine faith.”
2 Corinthians 13:5 (NLT)
An unexamined experience is worthless.
There are people who are 50 years old who haven’t truly lived 50 years. Instead, they’ve lived one year 50 times. They make the same mistakes over and over again because they never stop and extract the lessons. They never ask, “What happened in this last year? What can I do differently so that I can live life better going forward?”
The Bible says you should take time to review your life: “Examine yourselves to see if your faith is genuine. Test yourselves. Surely you know that Jesus Christ is among you; if not, you have failed the test of genuine faith” (2 Corinthians 13:5 NLT).
When you examine your life experiences, look for two things:
Look for benefits. What have you really enjoyed in your life? Don’t just say, “I really enjoyed that job.” Ask, “What was it about that job that I really loved?” Don’t just say, “I really liked that class.” Ask, “What exactly about that class did I like? Why was it so fulfilling to me?” You’ll get little clues about where you should be headed with your life.
Look for patterns. Particularly, look for patterns in your failure. When you fail, you tend to do it the same way every time. So, look and ask, “Where have I failed in the past? What patterns do I keep repeating?” Don’t look for patterns so you can beat yourself up but because you want to be different.
If you ignore the mistakes of your past, you’re likely to repeat them. This was the problem with the Israelites when Moses led them out of Egypt. Their trip to the Promised Land should have taken only a few weeks, but instead it took 40 years because they refused to learn from their experiences and from the tests God put before them. Each failed test meant one more lap around the desert.
The Bible says in Job 32:7, “The longer you live, the wiser you become” (The Message).
That verse is a possibility, not a promise. There are people who are old and foolish. Wisdom does not automatically come with age.
But wisdom is possible for anyone. No matter your age, maturity comes as you let God teach you through the everyday experiences of life.
Talk It Over:
* We have lived through an extraordinary year. What are some specific experiences from the past year that you have learned from? How have you seen God work through your circumstances?
* How has failure helped you mature spiritually, emotionally, and mentally?
* What would you consider as evidence of maturity and wisdom in your life?


Untuk Tumbuh Bijaksana, Kita Periksalah Hidup Kita
OLEH RICK WARREN -


”Ujilah dirimu sendiri untuk melihat apakah imanmu asli. Ujilah dirimu. Tentunya engkau tahu bahwa Yesus Kristus ada di antara kamu; jika tidak, engkau telah gagal dalam ujian iman yang tulus.”
2 Korintus 13: 5 (New Living Translation/NLT)
Pengalaman yang tidak diperiksa tidak ada artinya.
Ada orang yang berusia 50 tahun yang belum benar-benar hidup 50 tahun. Sebaliknya, mereka telah hidup selama satu tahun 50 kali. Mereka melakukan kesalahan yang sama berulang kali karena mereka tidak pernah berhenti dan mengambil pelajaran. Mereka tidak pernah bertanya, “Apa yang terjadi tahun lalu ini? Apa yang dapat saya lakukan secara berbeda sehingga saya dapat menjalani hidup dengan lebih baik ke depan?”
Alkitab mengatakan kita harus meluangkan waktu untuk meninjau hidup kita: “Ujilah dirimu sendiri untuk melihat apakah imanmu asli. Ujilah dirimu. Tentunya engkau tahu bahwa Yesus Kristus ada di antara kamu; jika tidak, engkau telah gagal dalam ujian iman yang tulus” (2 Korintus 13: 5 NLT).
Saat kita memeriksa pengalaman hidup kita, kita carilah dua hal:
Kita cari manfaatnya. Apa yang benar-benar kita nikmati dalam hidup kita? Jangan kita hanya berkata, "Saya sangat menikmati pekerjaan itu." Kita tanyakan, "Apa yang benar-benar saya sukai dari pekerjaan itu?" Jangan kita hanya berkata, "Saya sangat menyukai kelas itu." Kita tanyakan, “Sebenarnya apa yang saya sukai dari kelas itu? Mengapa hal itu begitu memuaskan bagi saya?” Kita akan mendapatkan sedikit petunjuk tentang ke mana kita harus menuju dalam hidup kita.
Kita cari polanya. Secara khusus, kita cari pola kegagalan kita. Ketika kita gagal, kita cenderung melakukannya dengan cara yang sama setiap saat. Jadi, kita lihat dan tanyakan, “Di mana saya pernah gagal di masa lalu? Pola apa yang terus saya ulangi?” Jangan kita mencari pola sehingga kita bisa menyalahkan diri sendiri tetapi karena kita ingin  berbeda.
Jika kita mengabaikan kesalahan masa lalu kita, kemungkinan besar kita akan mengulanginya. Ini adalah masalah bangsa Israel ketika Musa memimpin mereka keluar dari Mesir. Perjalanan mereka ke Tanah Perjanjian seharusnya hanya memakan waktu beberapa minggu, tetapi malah memakan waktu 40 tahun karena mereka menolak untuk belajar dari pengalaman mereka dan dari ujian yang Allah berikan kepada mereka. Setiap ujian yang gagal berarti satu putaran lagi di sekitar gurun.
Alkitab berkata dalam Ayub 32: 7, "Semakin lama engkau hidup, semakin bijaksana engkau jadinya" (The Message).
Ayat itu adalah kemungkinan, bukan janji. Ada orang yang sudah tua dan bodoh. Hikmat tidak secara otomatis datang dengan bertambahnya usia.
Tetapi kebijaksanaan mungkin bagi siapa saja. Tidak peduli usia kita, kedewasaan datang saat kita membiarkan Tuhan mengajar kita melalui pengalaman hidup sehari-hari.
Untuk Kita Renungkan:
* Kita telah menjalani tahun yang luar biasa. Apa beberapa pengalaman khusus dari tahun lalu yang telah Anda pelajari? Bagaimana Anda telah melihat Tuhan bekerja melalui keadaan Anda?
* Bagaimana kegagalan membantu Anda menjadi dewasa secara rohani, emosi, dan mental?
* Apa yang Anda anggap sebagai bukti kedewasaan dan hikmat dalam hidup Anda?

Minggu, 02 Mei 2021

Tujuan Allah: Karakter Kita, Bukan Kenyamanan Kita

od’s Goal: Your Character, Not Your Comfort


BY RICK WARREN —


“Take on an entirely new way of life—a God-fashioned life, a life renewed from the inside and working itself into your conduct as God accurately reproduces his character in you.”

Ephesians 4:22-24 (The Message)


Many religions and philosophies promote the old lie that humans are divine or can become gods. Let me be absolutely clear: You will never become God or even a god.


That prideful lie is Satan’s oldest temptation. Satan promised Adam and Eve that if they followed his advice, they would “be as gods” (Genesis 3:5 KJV).


This desire to be a god shows up every time you try to control your circumstances, your future, and the people around you. But you’re a creature; you will never be the Creator. God doesn’t want you to become a god; he wants you to become godly. He wants you to develop his values, attitudes, and character.


You are meant to “take on an entirely new way of life—a God-fashioned life, a life renewed from the inside and working itself into your conduct as God accurately reproduces his character in you” (Ephesians 4:22-24 The Message).


God’s ultimate goal for your life on Earth is not comfort but character development. He wants you to grow spiritually and become like Christ.


Becoming like Christ does not mean losing your personality or becoming a mindless clone. God created your uniqueness, so he certainly doesn’t want to destroy it. Christlikeness is all about transforming your character, not your personality.


God wants you to develop the kind of character described in the Beatitudes of Jesus (Matthew 5:1-2), the fruit of the Spirit (Galatians 5:22-23), Paul’s great chapter on love (1 Corinthians 13), and Peter’s list of the characteristics of an effective and productive life (2 Peter 1:5-8).


When you forget that character is one of God’s purposes for your life, you will become frustrated by your circumstances. You may wonder, “Why is this happening to me? Why am I having such a difficult time?” One answer is that life is supposed to be difficult! It’s what enables you to grow.


Many Christians misinterpret Jesus’ promise of an abundant life (John 10:10) to mean perfect health, a comfortable lifestyle, constant happiness, full realization of your dreams, and instant relief from problems through faith and prayer.


They expect the Christian life to be easy. They expect heaven on Earth.


This self-absorbed perspective treats God as a genie who simply exists to serve you in your selfish pursuit of personal fulfillment. But God is not your servant. If you fall for the idea that life is supposed to be easy, you will either become severely disillusioned or live in denial of reality.


Never forget that life is not about you! You exist for God’s purposes, not vice versa. Why would God provide heaven on Earth when he’s planned the real thing for you in eternity? Spend your time on Earth preparing for heaven by building your Christlike character.


Talk It Over:


* It’s sometimes difficult to see how God is working on your character in the midst of difficult circumstances. What do you think God wants you to do when you don’t understand how he is working in your life?


* How does an eternal perspective—focusing on the reward of heaven—change how you approach tough times?


* In what ways can your gifts and abilities be more effective when they are aligned with God’s purposes?


Tujuan Allah: Karakter Kita, Bukan Kenyamanan Kita


OLEH RICK WARREN -


”Ambillah cara hidup yang sama sekali baru — hidup yang diciptakan Allah, kehidupan yang diperbarui dari dalam dan bekerja dengan sendirinya ke dalam tingkah lakumu sebagaimana Allah secara akurat mereproduksi karakter-Nya di dalam engkau.”

Efesus 4: 22-24 (The Message/Pesan)


Banyak agama dan filosofi mempromosikan kebohongan lama bahwa manusia itu ilahi atau bisa menjadi dewa. Biar saya perjelas: kita tidak akan pernah menjadi Allah atau bahkan dewa.


Kebohongan sombong itu adalah godaan Setan yang paling tua. Setan berjanji kepada Adam dan Hawa bahwa jika mereka mengikuti nasihatnya, mereka akan "menjadi seperti allah" (Kejadian 3: 5 King James Version/KJV).


Keinginan untuk menjadi dewa ini muncul setiap kali kita mencoba mengendalikan keadaan kita, masa depan kita, dan orang-orang di sekitar kita. Tapi kita adalah ciptaan; kita tidak akan pernah menjadi Pencipta. Allah tidak ingin kita menjadi allah; Dia ingin kita menjadi seperti Allah. Dia ingin kita mengembangkan nilai, sikap, dan karakterNya.


Kita dimaksudkan untuk “mengambilcara hidup yang sama sekali baru — hidup yang diciptakan Allah, kehidupan yang diperbarui dari dalam dan bekerja dengan sendirinya ke dalam tingkah lakumu sebagaimana Allah secara akurat mereproduksi karakter-Nya di dalam engkau”” (Efesus 4: 22-24 The Message).


Tujuan akhir Allah untuk hidup kita di Bumi bukanlah kenyamanan tetapi pengembangan karakter. Dia ingin agar kita bertumbuh secara rohani dan menjadi seperti Kristus.


Menjadi seperti Kristus tidak berarti kehilangan kepribadian kita atau menjadi tiruan yang tanpa pikiran. Allah menciptakan keunikan kita, jadi Dia pasti tidak ingin menghancurkannya. Keserupaan dengan Kristus adalah tentang mengubah karakter kita, bukan kepribadian kita.


Allah ingin agar kita mengembangkan jenis karakter yang dijelaskan dalam Ucapan Bahagia Yesus (Matius 5: 1-2), buah Roh (Galatia 5: 22-23), pasal luar biasa Paulus tentang kasih (1 Korintus 13), dan daftar Petrus tentang ciri-ciri kehidupan yang efektif dan produktif (2 Petrus 1: 5-8).


Ketika kita lupa bahwa karakter adalah salah satu tujuan Allah dalam hidup kita, kita akan menjadi frustrasi dengan keadaan kita. Kita mungkin bertanya-tanya, “Mengapa ini terjadi pada saya? Mengapa saya mengalami saat-saat yang sulit?” Salah satu jawabannya adalah hidup ini seharusnya sulit! Itulah yang memungkinkan kita untuk bertumbuh.


Banyak orang Kristen salah menafsirkan janji Yesus tentang kehidupan yang berkelimpahan (Yohanes 10:10) yang berarti kesehatan yang sempurna, gaya hidup yang nyaman, kebahagiaan yang terus-menerus, realisasi impian kita sepenuhnya, dan bantuan segera dari masalah melalui iman dan doa.


Mereka berharap kehidupan Kristen mudah. Mereka mengharapkan sorga di bumi.


Perspektif yang mementingkan diri sendiri ini memperlakukan Tuhan sebagai jin yang hanya ada untuk melayani kita dalam pengejaran ego kita untuk pemenuhan pribadi. Tapi Tuhan bukanlah hamba kita. Jika kita jatuh pada gagasan bahwa hidup itu seharusnya mudah, kita akan menjadi sangat kecewa atau hidup dalam penyangkalan terhadap kenyataan.


Jangan kita pernah lupa bahwa hidup bukanlah tentang kita! Kita ada untuk tujuan Tuhan, bukan sebaliknya. Mengapa Tuhan memberikan sorga di Bumi ketika Dia merencanakan hal yang nyata untuk kita dalam kekekalan? Mari kita luangkan waktu kita di Bumi untuk menyiapkan sorga dengan membangun karakter kita yang seperti Kristus.


Untuk Kita Renungkan:


* Terkadang sulit untuk melihat bagaimana Tuhan bekerja pada karakter Anda di tengah keadaan yang sulit. Menurut Anda apa yang Tuhan ingin Anda lakukan ketika Anda tidak mengerti bagaimana Dia bekerja dalam hidup Anda?


* Bagaimana perspektif kekal — berfokus pada upah di surga — mengubah cara Anda menghadapi masa-masa sulit?


* Dengan cara apa karunia dan kemampuan Anda menjadi lebih efektif bila sejalan dengan tujuan Tuhan?

Sabtu, 01 Mei 2021

How to Be Wise in Relationships

 How to Be Wise in Relationships


BY RICK WARREN —


”Any fool can start arguments; the honorable thing is to stay out of them.”

Proverbs 20:3 (GNT)


Wise people are peacemakers, not troublemakers. Wise people don’t carry a chip on their shoulder. They’re not always looking for a fight. And they don’t intentionally antagonize other people. 


The fact is, if you’re around someone for any length of time, you’ll figure out what irritates that person. Then you may file that information in the back of your mind as a tool to use when you get in an argument. When that person says something that hurts, offends, or slights you in any way, you pull out that information and use it against them. You push the hot button. And it works every time!


You know what the Bible calls this kind of behavior? Stupid! It doesn’t get you any closer to resolution or help your relationship. In fact, it hurts the relationship. It’s not wise.

Proverbs 20:3 says, “Any fool can start arguments; the honorable thing is to stay out of them” (GNT). 


We all use counterproductive strategies in relationships. They’re hurtful, they’re harmful, and they don’t get you what you want. But when we lack wisdom, we use them anyway.


Here are just a few of these counterproductive strategies:


1. Comparing. Never compare your wife, your husband, your kids, your boss, or anyone else—because each person is unique. Comparing antagonizes anger.


2. Condemning. When you start laying on the guilt in a relationship, you get the opposite of what you expect. It doesn’t work, and it’s foolish.


3. Contradicting. William James, the famous psychologist, said, “Wisdom is the art of knowing what to overlook.” Some things just aren’t worth your attention; you simply need to overlook them.


The Bible says in Proverbs 14:29, “A wise man controls his temper. He knows that anger causes mistakes” (TLB). Have you ever said or done anything out of anger? We all have! When you get angry, your intelligence goes out the window. You say and do foolish things that are self-defeating.


Have you ever thought about the fact that there is only one letter difference between “anger” and “danger”? When you get angry, you are in dangerous territory. You are about to hurt others—and yourself—with your own anger.


The good news is that you don’t have to let your anger get the best of you. You can choose to be a peacemaker, not a troublemaker. Follow the wise advice of Proverbs: Control your temper and stay out of arguments. You—and the people you’re in relationship with—will be glad you did.


Talk It Over:


* What counterproductive strategies have you used in relationships? How have they backfired on you?


* How has your own anger hurt you or the people around you?


* When have you chosen to stay out of an argument or to control your temper? What was the result?


Bagaimana Menjadi Bijaksana dalam Pergaulan


OLEH RICK WARREN -


”Setiap orang bodoh bisa memulai pertengkaran; yang terhormat adalah yang menjauhinya.”

Amsal 20: 3 (Good News Translation/GNT)


Orang bijak adalah pembawa damai, bukan pembuat onar. Orang bijak tidak membawa chip kebenciandi bahu mereka. Mereka tidak selalu mencari pertengkaran. Dan mereka tidak dengan sengaja membuat marah orang lain.


Faktanya adalah, jika kit berada di sekitar seseorang untuk waktu yang lama, kita akan mengetahui apa yang membuat orang itu kesal. Kemudian kita dapat menyimpan informasi itu di belakang pikiran kita sebagai alat untuk digunakan saat kita berdebat. Ketika orang itu mengatakan sesuatu yang menyakiti, menyinggung, atau menghina kita dengan cara apa pun, kita bisa menarik informasi itu dan menggunakannya untuk melawannya. Kita menekan tombol panas. Dan itu berhasil setiap saat!


Tahukah kita apa yang Alkitab sebut tentang perilaku semacam ini? Bodoh! Itu tidak membuat kita semakin mendekati janji kita atau membantu pergaulan kita. Faktanya, itu merusak hubungan. Itu tidak bijaksana.

Amsal 20: 3 mengatakan, “Setiap orang bodoh dapat memulai pertengkaran; yang terhormat adalah menjauhinya” (GNT).


Kita semua menggunakan strategi kontraproduktif itudalam pergaulan. Itu menyakitkan, itu berbahaya, dan itu tidak mendapatkan apa yang kita inginkan. Tetapi ketika kita kekurangan kebijaksanaan, kita tetap menggunakannya.


Berikut adalah beberapa dari strategi kontraproduktif ini:


* 1. Membandingkan.* Jangan kita pernah membandingkan istri kita, suami kita, anak-anak kita, atasan kita, atau orang lain — karena setiap orang itu unik. Membandingkan akan membuat amarah.


* 2. Mengutuk.* Ketika kita mulai bertumpu pada rasa bersalah dalam suatu hubungan, kita mendapatkan kebalikan dari apa yang kita harapkan. Itu tidak berhasil, dan itu bodoh.


* 3. Mempertentangkan.* William James, psikolog terkenal, berkata, "Hikmat adalah seni untuk mengetahui apa yang harus diabaikan." Beberapa hal tidak menarik perhatian kita; kita hanya perlu mengabaikannya.


Alkitab berkata dalam Amsal 14:29, “Orang bijak mengendalikan amarahnya. Dia tahu bahwa kemarahan menyebabkan kesalahan” (TLB). Pernahkah kita mengatakan atau melakukan sesuatu karena marah? Kita semua pernah! Ketika kita marah, kecerdasan kita keluar dari jendela. Kita mengatakan dan melakukan hal-hal bodoh yang merugikan diri sendiri.


Pernahkah kita berpikir tentang fakta bahwa dalam bahasa Inggris hanya ada satu huruf yang membedakan antara "amarah" (anger) dan "bahaya" (danger)? Saat kita marah, kita berada di wilayah berbahaya. Kita akan menyakiti orang lain — dan diri kita sendiri — dengan amarah kita sendiri.


Kabar baiknya adalah kita tidak harus membiarkan amarah menguasai kita. Kita bisa memilih menjadi pembawa damai, bukan pembuat onar. Kita ikuti nasihat bijak Amsal: Kita kendalikan amarah kita dan kita jauhi argumen. Kita — dan orang yang berhubungan dengan kita — akan senang jika kita melakukannya.


Untuk Kita Renungkan:


* Strategi kontraproduktif apa yang telah Anda gunakan dalam pergaulan? Bagaimana itu menjadi bumerang bagi Anda?


* Bagaimana kemarahan Anda sendiri menyakiti Anda atau orang-orang di sekitar Anda?


* Kapan Anda memilih untuk tidak berdebat atau mengendalikan amarah Anda? Apakah hasilnya?

Jumat, 02 April 2021

Mendoakan Janji Allah

Praying God’s Promises

BY RICK WARREN —


”If you need wisdom, ask our generous God, and he will give it to you. He will not rebuke you for asking.”
James 1:5 (NLT)


Prayer itself is an act of faith.
When you come to God in prayer, it’s because you have faith he will respond. As you focus your attention on God, you begin to see he is bigger and more powerful than any of your problems, and that understanding will increase your faith because you will begin to believe he can fulfill his promises. And then, as you see God answer your prayers, your faith will deepen because you see firsthand that he can do what he says he can do.
As you learn to pray in faith, a great place to start is by claiming the promises of God found in the Bible.
Did you know there are over 7,000 promises in the Bible? These promises provide the answer to all your needs and problems. And, when you’re not sure what to pray, you can use them to help give words to your prayers.
Here’s an example of how you can use one of God’s promises as a prayer that will build your faith.
Isaiah 40:31 says, “But those who trust in the Lord for help will find their strength renewed. They will rise on wings like eagles; they will run and not get weary; they will walk and not grow weak” (GNT). To use this promise of God as a prayer, you might pray, “God, I’m so tired and discouraged. I feel like giving up. Yet, in faith, I know that you will renew my strength. You will lift me up and give me new energy, so I can keep going. My hope is in you. Thank you for helping me move forward and keep going. Amen.
Prayers like this help increase your faith. They remind you of what God has promised; then you see in your own life how God keeps his promises.
Here’s a list of just a few of God’s promises in the Bible. Try praying some of them, and watch your faith increase as you see God keep his promises to you.
* “He gives power to the faint, and to him who has no might he increases strength” (Isaiah 40:29 ESV).
* “Don’t be afraid, because I am with you. Don’t be intimidated; I am your God. I will strengthen you. I will help you. I will support you with my victorious right hand” (Isaiah 41:10 GW).
* “The Lord will fight for you; you need only to be still” (Exodus 14:4 NIV).
* “If we confess our sins, he is faithful and just to forgive us our sins and to cleanse us from all unrighteousness” (1 John 1:9 ESV).
* “It is the Lord who goes before you; He will be with you. He will not fail you or abandon you. Do not fear or be dismayed” (Deuteronomy 31:8 AMP).
* “But my God shall supply your every need according to His riches in glory by Christ Jesus” (Philippians 4:19 MEV).
* “Even though I walk through the valley of the shadow of death, I fear no evil, for You are with me; Your rod and Your staff, they comfort me” (Psalm 23:4 NASB).
* “You willingly forgive, and your love is always there for those who pray to you” (Psalm 86:5 CEV).
Talk It Over:
As you get used to praying God’s promises, it can be helpful to write your prayers. Choose one of the promises from today’s devotional and write a prayer to God. Talk to him about his promise. Tell him that you are trusting in him to fulfill his promise.
Here’s an example:
God’s Promise
“If you need wisdom, ask our generous God, and he will give it to you. He will not rebuke you for asking” (James 1:5 NLT).
Sample Prayer
“Father, there are so many times I forget to ask for what I truly need, and wisdom is on top of the list. I’m so grateful for this Scripture and the promise it holds. Thank you for being so generous and willing to give me the wisdom I need in my everyday circumstances. God, I want to live by the promises and principles in your Word—not by the world’s standards. Teach me to boldly ask for wisdom daily so I can navigate life according to your will and for your glory. I ask this in Jesus’ precious name. Amen.”


Mendoakan Janji Allah

OLEH RICK WARREN -
”Jika engkau membutuhkan kebijaksanaan, mintalah kepada Allah kami yang murah hati, dan Dia akan memberikannya kepadamu. Dia tidak akan menegurmu karena meminta.”
Yakobus 1: 5 (New Living Translation/NLT)
Doa itu sendiri merupakan tindakan iman.
Ketika kita datang kepada Allah di dalam doa, itu karena kita memiliki keyakinan Dia akan menanggapi. Ketika kita memusatkan perhatian kita kepada Allah, kita mulai melihat Dia lebih besar dan lebih berkuasa daripada masalah kita, dan pemahaman itu akan meningkatkan iman kita karena kita akan mulai percaya Dia dapat memenuhi janji-janji-Nya. Dan kemudian, saat kita melihat Allah menjawab doa-doa kita, iman kita akan semakin dalam karena kita melihat secara langsung bahwa Dia dapat melakukan apa yang Dia katakan dapat Dia lakukan.
Saat kita belajar berdoa dalam iman, tempat yang bagus untuk memulai adalah dengan mengklaim janji-janji Allah yang ada di dalam Alkitab.
Tahukah kita bahwa ada lebih dari 7.000 janji di dalam Alkitab? Janji-janji ini memberikan jawaban atas semua kebutuhan dan masalah kita. Dan, jika kita tidak yakin harus berdoa apa, kita dapat menggunakannya untuk membantu memberikan kata-kata dalam doa kita.
Berikut adalah contoh bagaimana kita dapat menggunakan salah satu janji Allah sebagai doa yang akan membangun iman kita.
Yesaya 40:31 mengatakan, “Tetapi mereka yang mengandalkan bantuan Tuhan akan menemukan kekuatan mereka diperbarui. Mereka akan naik dengan sayap seperti elang; mereka akan lari dan tidak lelah; mereka akan berjalan dan tidak menjadi lemah” (Good News Translation/GNT). Untuk menggunakan janji Allah ini sebagai doa, kita bisa berdoa, “Tuhan, saya sangat lelah dan putus asa. Saya merasa ingin menyerah. Namun, dengan iman, saya tahu bahwa Engkau akan memperbarui kekuatan saya. Engkau akan mengangkat saya dan memberi saya kekuatan baru, agar saya bisa terus maju. Harapanku ada padaMu. Terima kasih telah menolong saya melangkah maju dan terus maju. Amin.
Doa seperti ini membantu meningkatkan iman kita. Itu mengingatkan kita tentang apa yang telah Allah janjikan; kemudian kita melihat di dalam hidup kita sendiri bagaimana Allah menepati janji-Nya.
Berikut adalah daftar beberapa janji Allah di dalam Alkitab. Kita cobalah mendoakan beberapa di antaranya, dan kita saksikan iman kita meningkat saat kita melihat Allah menepati janji-Nya kepada kita.
* "Ia memberi kekuatan kepada yang lemah, dan kepada dia yang tidak memiliki kekuatan Dia meningkatkan kekuatan" (Yesaya 40:29 English Standard Version/ESV).
* “Jangan takut, karena Aku bersamamu. Jangan khawatir; Akulah Tuhanmu. Aku akan memperkuat engkau. Aku akan membantu engkau. Aku akan mendukungmu dengan tangan kananKu yang menang” (Yesaya 41:10 God’s Word/GW).
* “Tuhan akan berperang untukmu; kamu hanya perlu diam” (Keluaran 14: 4 New International Version/NIV).
* “Jika kita mengakui dosa kita, Dia setia dan adil untuk mengampuni dosa kita dan untuk menyucikan kita dari semua ketidakbenaran” (1 Yohanes 1: 9 ESV).
* “Tuhanlah yang berjalan di depanmu; Dia akan bersamamu. Dia tidak akan mengecewakanmu atau meninggalkan engkau. Jangan takut atau cemas” (Ulangan 31: 8 Amplified Bible/AMP).
* “Tetapi Allahku akan memenuhi setiap kebutuhanmu menurut kekayaan-Nya dalam kemuliaan oleh Kristus Yesus” (Filipi 4:19 The Modern English Version/MEV).
* “Meskipun aku berjalan melalui lembah bayang-bayang kematian, aku tidak takut pada kejahatan, karena Engkau bersamaku; gadaMu dan tongkatMu, akan menghiburku ”(Mazmur 23: 4 New American Standard Bible/NASB).
* “Kamu rela mengampuni, dan kasihMu selalu ada untuk orang yang berdoa kepadaMu” (Mazmur 86: 5 Children English Version/CEV).
Untuk Kita Renungkan:
Saat kita terbiasa mendoakan janji Allah, menulis doa dapat membantu. Kita pilih salah satu janji dari renungan hari ini dan kita tulislah doa untuk Tuhan. Kita berbicara dengan Dia tentang janjiNya. Kita katakan kepadaNya bahwa kita memercayai Dia untuk memenuhi janjiNya.
Berikut contohnya:
Janji Allah
“Jika engkau membutuhkan kebijaksanaan, mintalah kepada Allah kami yang murah hati, dan Dia akan memberikannya kepadamu. Dia tidak akan menegurmu karena meminta” (Yakobus 1: 5 NLT).


Contoh Doa
“Bapa, sering kali saya lupa meminta apa yang benar-benar saya butuhkan, dan kebijaksanaan ada di urutan teratas. Saya sangat bersyukur atas Firman Tuhan ini dan janji yang dipegangnya. Terima kasih telah begitu murah hati dan bersedia memberi saya kebijaksanaan yang saya butuhkan dalam keadaan saya sehari-hari. Tuhan, aku ingin hidup dengan janji dan prinsip dalam FirmanMu— bukan dengan standar dunia. Ajari saya untuk dengan berani meminta kebijaksanaan setiap hari agar saya dapat menjalani hidup sesuai dengan keinginanMu dan untuk kemuliaanMu. Saya meminta ini dalam nama Yesus yang berharga. Amin."

Yesus Berkata, "Datanglah Sebagaimana Adanya Kamu"

 Friday, 2 April 2021


Jesus Says, ‘Come as You Are’


BY RICK WARREN —


”God showed his great love for us by sending Christ to die for us while we were still sinners.”

Romans 5:8 (NLT)


Everything that Jesus did for you, he did out of love. The Bible says God made you to love you. The only reason you’re alive is because you were made to be loved by God.


God didn’t just say he loved you; he showed it. The Bible says, “God showed his great love for us by sending Christ to die for us while we were still sinners” (Romans 5:8 NLT). It says while we were still sinners. Before you even knew you needed God in your life, Jesus died for you.


There’s a myth that says you’ve got to clean up your act before you can come to God. People say, “There are a few things I’ve got to get right in my life first, and then I’ll come to God.” No! You can come to God with your problems—the good, the bad, and the ugly.

It’s like brushing your teeth before you go to the dentist to have your teeth cleaned! Why do we do things like that?


God says, “You don’t have to clean up your act. Just bring it all to me. Bring me all your problems and all your mess. I have all the answers. Come as you are.”


Easter shows the depth of God’s love for you. The Bible says, “He will send down help from heaven to save me because of his love” (Psalm 57:3 TLB). That’s what Jesus did on Easter. He sent himself from heaven to save you because of his love. So you can bring your problems to God—because he loves you and he has the answers.


If you don’t act on this Good News, then the death of Jesus Christ and his Resurrection are wasted for you personally; they’ll make no difference in your life. It’s not enough to recognize God’s gift; you have to receive it.


“You will be saved, if you honestly say, ‘Jesus is Lord,’ and if you believe with all your heart that God raised him from death. God will accept you and save you, if you truly believe this and tell it to others” (Romans 10:9-10 CEV).


God is not asking you to make a promise you cannot keep. God is asking you to believe a promise that only he can keep.


Talk It Over:


* What part of your life have you been trying to clean up before approaching God? Will you let go of that today?


* What does Easter mean to you personally? How does celebrating it draw you closer to God?


* How does your life reflect the extravagant love God has for you? If you haven’t accepted that love, will you accept it today?


Come as you are to Jesus.


The Bible promises: “You will be saved, if you honestly say, ‘Jesus is Lord,’ and if you believe with all your heart that God raised him from death. God will accept you and save you, if you truly believe this and tell it to others” (Romans 10:9-10 CEV).


You don’t have to clean up your life before you come to God for salvation. You just have to come as you are, ready to repent of your sins and turn your life over to him. If you’re ready to do that, pray this prayer:


”Dear Jesus, you have promised that if I believe in you, I will be saved. Everything I’ve ever done wrong will be forgiven, I will learn the purpose of my life, and you will accept me into your eternal home in heaven one day.


”I confess my sin, and I believe you are my Savior. I trust you when you say that if I believe with my whole heart, you will save me. I receive you into my life as my Lord. Today I’m turning over every part of my life to your management.


”I want to use the rest of my life to serve you instead of serving myself. I want to tell other people about your saving love. I commit my life to you and ask you to save me and accept me into your family. In Jesus’ name I pray. Amen.”


If you just prayed to accept Jesus, please email me at Rick@PastorRick.com and let me know about it. I’d like to send you some free materials to help you start your journey with Jesus.

------------------------------------------------------------------


Yesus Berkata, 'Datanglah Sebagaimana Adanya Kamu'


OLEH RICK WARREN -


”Allah menunjukkan kasih-Nya yang besar kepada kita dengan mengutus Kristus untuk mati bagi kita saat kita masih berdosa."

*Roma 5: 8 (New Living Translation/NLT) *


Segala sesuatu yang Yesus lakukan untuk kita, Dia lakukan karena kasih. Alkitab berkata bahwa Allah menciptakan kita untuk mencintai kita. Satu-satunya alasan kita hidup adalah karena kita dibuat untuk dikasihi oleh Allah.


Allah tidak hanya mengatakan Dia mengasihi kita; Dia menunjukkannya. Alkitab berkata, “Allah menunjukkan kasih-Nya yang besar bagi kita dengan mengutus Kristus untuk mati bagi kita ketika kita masih berdosa” (Roma 5: 8 New Living Translation/NLT). Dikatakan saat kita masih berdosa. Bahkan sebelum kita tahu bahwa kita membutuhkan Allah dalam hidup kita, Yesus telah mati untuk kita.


Ada mitos yang mengatakan bahwa kita harus membersihkan tindakan kita sebelum kita bisa datang kepada Tuhan. Orang-orang berkata, "Ada beberapa hal yang harus saya perbaiki dalam hidup saya terlebih dahulu, lalu saya akan datang kepada Tuhan." Tidak! Kita bisa datang kepada Tuhan dengan masalah kita — yang baik, yang buruk, dan yang jelek.


Ini seperti menyikat gigi sebelum pergi ke dokter gigi untuk membersihkan gigi! Mengapa kita melakukan hal seperti itu?


Allah berkata, "Kamu tidak harus membersihkan tindakanmu. Berikan semuanya padaKu. Bawakan Aku semua masalahmu dan semua kekacauanmu. Aku punya semua jawabannya. Datanglah sebagaimana adanya kamu.”


Paskah menunjukkan kedalaman kasih Allah untuk kita. Alkitab berkata, “Dia akan mengirimkan bantuan dari surga untuk menyelamatkan aku karena kasih-Nya” (Mazmur 57: 3 The Living Bible/TLB). Itulah yang Yesus lakukan pada Paskah. Dia mengirim diriNya sendiri dari sorga untuk menyelamatkan kita karena kasihNya. Jadi kita dapat membawa masalah kita kepada Tuhan — karena Dia mengasihi kita dan Dia memiliki jawabannya.


Jika kita tidak bertindak berdasarkan Kabar Baik ini, maka kematian Yesus Kristus dan Kebangkitan-Nya sia-sia saja bagi kita secara pribadi; itu tidak akan membuat perbedaan dalam hidup kita. Tidaklah cukup untuk mengakui pemberian Allah; kita harus menerimanya.


“Kamu akan diselamatkan, jika kamu dengan jujur ​​berkata, 'Yesus adalah Tuhan,' dan jika kamu percaya dengan segenap hati bahwa Allah membangkitkan Dia dari kematian. Allah akan menerima kamu dan menyelamatkan kamu, jika kamu benar-benar percaya ini dan mengatakannya kepada orang lain” (Roma 10: 9-10 Children English Version/CEV).


Allah tidak meminta kita untuk membuat janji yang tidak dapat kita tepati. Allah meminta kita untuk percaya pada janji yang hanya bisa Dia tepati.


Untuk Kita Renungkan:


* Bagian mana dari hidup Anda yang telah Anda coba bersihkan sebelum mendekati Allah? Maukah Anda melepaskannya hari ini?


* Apa arti Paskah bagi Anda secara pribadi? Bagaimana dengan merayakannya membuat Anda lebih dekat dengan Tuhan?


* Bagaimana hidup Anda mencerminkan kasih yang luar biasa yang Allah berikan untuk Anda? Jika Anda belum menerima kasih itu, maukah Anda menerimanya hari ini?


Mari Datang sebagaimana Adanya Kita kepada Yesus.


Alkitab berjanji: “Kamu akan diselamatkan, jika kamu dengan jujur ​​berkata, 'Yesus adalah Tuhan,' dan jika kamu percaya dengan segenap hatimu bahwa Allah telah membangkitkan Dia dari kematian. Allah akan menerima engkau dan menyelamatkan engkau, jika engkau benar-benar percaya ini dan mengatakannya kepada orang lain” (Roma 10: 9-10 CEV).


Kita tidak harus membersihkan hidup kita sebelum kita datang kepada Allah untuk keselamatan. Kita hanya harus datang apa adanya, siap untuk bertobat dari dosa-dosa kita dan menyerahkan hidup kita kepadaNya. Jika kita siap untuk melakukannya, kita doakanlah doa ini:


”Yesus terkasih, Engkau telah berjanji bahwa jika saya percaya kepadaMu, saya akan diselamatkan. Segala kesalahan yang pernah saya lakukan akan diampuni, saya akan mempelajari tujuan hidup saya, dan Engkau akan menerima saya ke dalam rumah kekalMu di sorga suatu hari nanti.


”Saya mengakui dosa saya, dan saya percaya Engkau adalah Juruselamat saya. Saya percaya Engkau ketika Anda mengatakan bahwa jika saya percaya dengan sepenuh hati, Engkau akan menyelamatkan saya. Saya menerima Engkau ke dalam hidup saya sebagai Tuhanku. Hari ini saya menyerahkan setiap bagian hidup saya kepada pengaturanMu.


”Saya ingin menggunakan sisa hidup saya untuk melayani Engkau daripada melayani diri saya sendiri. Saya ingin memberi tahu orang lain tentang kasihMu yang menyelamatkan. Saya menyerahkan hidup saya kepadaMu dan meminta Engkau untuk menyelamatkan saya dan menerima saya ke dalam keluargaMu. Dalam nama Yesus saya berdoa. Amin."


Jika Anda baru saja berdoa untuk menerima Yesus, silakan email saya di Rick@PastorRick.com dan beritahu saya tentang itu. Saya ingin mengirimi Anda beberapa materi gratis untuk membantu Anda memulai perjalanan Anda dengan Yesus.

Kamis, 01 April 2021

Hidup Dalam Kebangkitan Kristus

 HIDUP DALAM KEBANGKITAN KRISTUS

Kamis, 1 April 2021

Bacaan Firman : Yohanes 11:1-44

Nas Alkitab : “Jawab Yesus: "Akulah kebangkitan  dan hidup; barangsiapa percaya kepada-Ku, ia akan hidup walaupun ia sudah mati, dan setiap orang yang hidup dan yang percaya kepada-Ku, tidak akan mati selama-lamanya. Percayakah engkau akan hal ini?" (ay. 25-26).


Kisah Tuhan Yesus membangkitkan Lazarus yang telah meninggal selama empat hari dari kematian, menunjukkan kepada kita tentang ke-Tuhanan Yesus Kristus yang berkuasa atas kematian dan kehidupan manusia,  sehingga DIA menyatakan diriNYA sebagai kebangkitan dan sumber kehidupan bagi orang yang percaya kepadaNYA sebagaimana firman Tuhan : “Jawab Yesus: "Akulah kebangkitan  dan hidup; barangsiapa percaya kepada-Ku, ia akan hidup walaupun ia sudah mati, dan setiap orang yang hidup dan yang percaya kepada-Ku, tidak akan mati selama-lamanya. Percayakah engkau akan hal ini?" (ay. 25-26).


Yesus Kristus sebagai kebangkitan dan sumber kehidupan, tidak hanya memiliki pengertian pada kehidupan kekal di sorga setelah kematian jasmaniah pada saat nanti, tetapi sesungguhnya juga berlaku secara rohani dalam kehidupan kita di dunia saat ini. Sebagai kebangkitan dan sumber kehidupan, Tuhan Yesus mengharapkan kita mau belajar percaya, sekalipun kita menghadapi berbagai macam pergumulan, kesukaran, dan penderitaan di dunia ini, sebagaimana firman Tuhan :” tetapi syukurlah Aku tidak hadir pada waktu itu, sebab demikian lebih baik bagimu, supaya kamu dapat belajar percaya. Marilah kita pergi sekarang kepadanya" (ay. 15). Kerendahan hati kita untuk belajar percaya dan mempercayakan hidup kita kepada Tuhan, akan menolong kita mengalami kuasa Tuhan dan melihat kemuliaan Allah, sebagaimana firman Tuhan: “Jawab Yesus: "Bukankah sudah Kukatakan kepadamu: Jikalau engkau percaya engkau akan melihat kemuliaan Allah?" Maka mereka mengangkat batu itu. Lalu Yesus menengadah ke atas n  dan berkata: "Bapa, Aku mengucap syukur kepada-Mu, karena Engkau telah mendengarkan Aku. Aku tahu, bahwa Engkau selalu mendengarkan Aku, tetapi oleh karena orang banyak yang berdiri di sini mengelilingi Aku, Aku mengatakannya, supaya mereka percaya, bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku." Dan sesudah berkata demikian, berserulah Ia dengan suara keras: "Lazarus, marilah ke luar!" (ay. 40-43).  


Marilah belajar percaya kepada Tuhan Yesus dan menempatkannya sebagai sumber kehidupan di dalam kehidupan kita bahkan saat menghadapi hari-hari berat yang melemahkan iman dan membuat kita kehilangan pengharapan. Kuasa kebangkitan Kristus yang terjadi saat membangkitkan Lazarus, akan berkuasa pula untuk membangkitkan kehidupan kita sehingga kita dapat melihat kemuliaan Allah, dan menikmati berkat kebaikan Tuhan dengan ucapan syukur dan hati yang mengasihi Tuhan.

------- 

KehendakMu, jadilah

 “Kehendak-Mu, jadilah!”


BACAAN PAGI: Yohanes 13:31-35

BACAAN MALAM: Mazmur 116:1-9


Matius 26:39b

“Ya Bapa-Ku, jikalau sekiranya mungkin, biarlah cawan ini lalu daripada-Ku, tetapi janganlah seperti yang Kukehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki.”


Yesus berdoa di Taman Getsemani bergumul penuh untuk mempersiapkan kematian-Nya yang telah di ambang pintu. Dalam doa Ia pergumulkan agar kematian-Nya dapat menggantikan hukuman bagi dosa-dosa umat manusia sebagai harga tebusan yang penuh. Di tengah kengerian akan kematian itu, Yesus memohon kepada Allah, Bapa-Nya, sebagaimana nas kita hari ini, sekiranya mungkin tidak harus melalui salib. Pernyataan Yesus ini mengungkapkan betapa mengerikannya salib itu. Itu bukan sekadar kematian sebagaimana layaknya harus dilalui semua orang. Namun itulah yang harus Ia pikul, sebagai akibat dosa Adam dan Hawa sampai kepada semua keturunannya, yakni kita saat ini serta anak-cucu dan keturunan kita kelak. Itulah yang dimaksudkan sebagai cawan yang ingin dihindari oleh semua orang bahkan oleh Yesus sendiri. Bahwa hukuman dosa itu sungguh adalah sebuah kenyataan, bukan hanya cerita isapan jempol yang dengan mudah dikisahkan.


Yesus merasakan dan mengungkapkan keinginan yang wajar untuk meluputkan diri dari kematian. Namun Ia juga mengungkapkan kesediaannya menerima kehendak Bapa. Dalam kematian Yesus di kayu salib pada peringatan Jumat Agung besok, marilah kita merenungkan dosa-dosa kita. Oleh karena dosa-dosa kitalah Yesus harus menghadapi kematian. Itu dijalani-Nya dengan rasa penuh ketakutan, namun dengan rela Dia pilih. Dengan penuh kesadaran Yesus memilih salib yang seharusnya kitalah yang memikulnya. Namun Dia bersedia tunduk kepada semua untuk menebus dan keselamatan kita. 


Bagaimana kini respons kita? Menuruti teladan Kristus ini, kita juga harus bersedia minum dari cawan paling pahit yang Tuhan taruhkan atas kita untuk berjuang demi kasih terhadap sesama kita. Supaya lebih menjadi perhatian kita menguduskan hati dalam setiap masalah yang kita hadapi, daripada menyingkirkannya apalagi menyingkirkan orang lain. Hendaklah kita berjaga dan berdoa, dan terus berharap kepada Tuhan untuk menopang kita agar dapat selamat melalui setiap masalah. Supaya sebagaimana Yesus, begitulah juga kita berkata: "Janganlah seperti yang kukehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki!" Mari, “Ikutlah Yesus!” Amin!


Doa: 🙏

“Mengikuti teladan yang telah Engkau beri, kami mau menjalani setiap masalah dan pergumulan kami dalam doa sebagai Engkau, ya Yesus. Kehendak-Mu jadilah! Amin!”

Rabu, 31 Maret 2021

Anak daru=i yang Terpuji

 RABU, 31 MARET 2021


“Anak dari Yang Terpuji”


BACAAN PAGI: Mazmur 56:1-12

BACAAN MALAM: Yohanes 18:28-38a


Markus 14:61

Tetapi Ia tetap diam dan tidak menjawab apa-apa. Imam Besar itu bertanya kepada-Nya sekali lagi, katanya: “Apakah Engkau Mesias, Anak dari Yang Terpuji?”


Yesus telah ditangkap sebagai seorang pelaku kejahatan, dan sedang diajukan ke persidangan Sanhedrin, Mahkamah Agama Yahudi. Semuanya serba janggal dan tidak biasa. Dilakukan buru-buru pada malam hari. Dicari-cari kesaksian palsu untuk memberatkan. Ditawarkan suap kepada pendakwa supaya bisa mendakwa Yesus, dan ditakut-takuti bila tidak bersedia. (55-56) Yesus dicecar dengan pertanyaan-pertanyaan menjerat, namun tetap diam seribu bahasa. Tidak ditemukan kesalahan yang bisa dituduhkan ke atas-Nya. Para imam kepala dan tua-tua dijadikan pengusut yang memimpin kejahatan dan memutarbalikkan keadilan. Bahkan Imam Besar, Kayafas, bangkit berdiri dengan marah, berpura-pura bahwa dia berlaku jujur dan adil, tetapi sesungguhnya berusaha merancang jerat supaya bisa mendakwa Yesus. (Luk 11:53-54; 20:20) Ia menyebut “Yang Terpuji” sebagai gelar khusus bagi Allah untuk menunjukkan bahwa ia seorang Yahudi yang takut akan Allah. Namun ketika perkataan Imam Besar kepada-Nya sebagai Mesias, langsung disambut Yesus dengan pengakuan membenarkan diri-Nya bahwa memang sesungguhnya Ia adalah Mesias.


Atas pengakuan Yesus inilah Imam Besar menuduh-Nya sebagai seorang penghujat Allah. (63) Ia lalu mengoyakkan jubah kebesarannya. Perkataan Kayafas itu mempunyai dua sisi. Baginya selaku orang Yahudi merupakan penghujatan kepada Allah, namun bagi Yesus adalah penggenapan nubuat diri-Nya. Maka dengan penuh keagungan dan kemuliaan Yesus menyatakan kebenaran tersebut, walau tidak sesuai dengan penampilan-Nya pada saat itu. Sebaliknya melalui penghinaan yang begitu pekat, seberkas sinar kemuliaan telah memancar dari Imam Besar walau lahir dari kebencian. Pengakuan Yesus ini mengejutkan sidang Mahkamah. Kayafas selaku Ketua Mahkamah telah memberikan penghakiman terlebih dahulu, padahal seharusnya dia adalah orang terakhir yang memberikan suara. Dengan mengoyakkan jubahnya sendiri, Kayafas telah menggenapi koyaknya jabatan imam dirinya, seperti halnya juga koyaknya tirai Bait Allah saat kematian Yesus. Semuanya telah digenapi secara terbuka. Jerat kejahatan bagi Yesus merupakan pembuktian bahwa Ia tidak bersalah, sekaligus juga kesempatan bagi Yesus menyatakan diri-Nya. Ia memang harus dihukum mati sebagai tebusan dosa dunia. Mari, “Ikutlah Yesus!” Amin!


Doa: 🙏

“Ya Tuhan Yesus, sungguh Engkau adalah Mesias, Anak dari Yang Terpuji. Penuhilah kiranya juga penggenapan nubuat dan rencana keselamatan-Mu bagi seisi dunia ini. Amin!”

Selasa, 30 Maret 2021

Perubahan Kehidupan

 PERUBAHAN KEHIDUPAN

Selasa, 30 Maret 2021

Bacaan Firman : Yohanes 5:21-29

Nas Alkitab : “Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa mendengar perkataan-Ku dan percaya kepada Dia yang mengutus Aku, ia mempunyai hidup yang kekal dan tidak turut dihukum, sebab ia sudah pindah dari dalam maut ke dalam hidup” (ay. 24).


Iman dan pengharapan kita seringkali menjadi lemah saat kita tidak melihat perubahan kehidupan yang terjadi saat kita sebelum mengikut Yesus dan setelah mengikut Yesus. Kita akan menjadi kecewa apabila kita menggunakan indikator-indikator manusiawi, seperti tingkat kemakmuran, bertambahnya kekayaan, tingkat jabatan, atau keterhindaran dari permasalahan untuk menilainya. Firman Tuhan hari ini menegaskan bahwa Tuhan Yesus sudah melakukan perubahan mendasar dalam kehidupan orang-orang percaya melalui perpindahan kedudukan kita dari orang-orang yang seharusnya dihukum dan berada dalam kematian kekal, menjadi pribadi-pribadi yang menerima kehidupan kekal sebagaimana firman Tuhan : “Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa mendengar perkataan-Ku dan percaya kepada Dia yang mengutus Aku, ia mempunyai hidup yang kekal dan tidak turut dihukum, sebab ia sudah pindah dari dalam maut ke dalam hidup” (ay. 24).


Perubahan orang percaya menjadi pribadi yang hidup di dalam Tuhan menjadikan kita menyadari betapa luar biasanya kasih dan otoritas Allah di dalam Kristus Yesus untuk menyelamatkan, mengubah kehidupan, dan memegang penghakiman kehidupan manusia. Orang-orang yang tidak layak, berdosa, dan para pemberontak Allah, telah diselamatkan, diampuni, bahkan diangkat menjadi ahli waris kerajaan sorga, ketika kita mendengar perkataanNYA dan percaya di dalam namaNYA sebagaimana firman Tuhan : “Sebab sama seperti Bapa membangkitkan orang-orang mati dan menghidupkannya, demikian juga Anak menghidupkan barangsiapa yang dikehendaki-Nya. Bapa tidak menghakimi siapapun, melainkan telah menyerahkan penghakiman itu seluruhnya kepada Anak” (ay. 21-22).  Karya Kristus bagi orang percaya juga telah memberikan pengharapan akan kehidupan dan masa depan, karena di dalam Kristus juga terdapat kuasa yang mampu menjamin kehidupan kita di dunia maupun di sorga bahkan ketika kita harus menghadapi berbagai macam pergumulan, kesukaran atau kekelaman hidup di dunia ini sebagaimana firman Tuhan : “Sebab sama seperti Bapa mempunyai hidup dalam diri-Nya sendiri, demikian juga diberikan-Nya Anak mempunyai hidup dalam diri-Nya sendiri. Dan Ia telah memberikan kuasa kepada-Nya untuk menghakimi, karena Ia adalah Anak Manusia” (ay. 26-27).


Marilah kita belajar hidup dengan menghormati dan takut akan Tuhan dengan menjalankan segala perintah dan kebenaranNYA karena kasih kita kepada Tuhan sebagaimana besarnya kasih Tuhan di dalam kehidupan kita seperti perkataan firman Tuhan : “supaya semua orang menghormati Anak sama seperti mereka menghormati Bapa. Barangsiapa tidak menghormati Anak, ia juga tidak menghormati Bapa, yang mengutus Dia” (ay. 23).

------- 

Berjaga dengan Yesus

 SELASA, 30 MARET 2021


“Berjaga dengan Yesus”


BACAAN PAGI: Mazmur 43:1-5

BACAAN MALAM: Matius 26:69-75


Matius 26:38

Lalu kata-Nya kepada mereka: “Hati-Ku sangat sedih, seperti mau mati rasanya. Tinggallah di sini dan berjaga-jagalah dengan Aku.”


Yesus sedang bergumul di Taman Getsemani. Dunia dengan segala isinya sedang dipertaruhkan. Ia berjuang sekuat tenaga menggumuli berbagai konsekuensi dahsyat yang harus ditanggung-Nya, yang sesungguhnya tidak dapat dipahami seorang pun, apalagi untuk ditanggung bersama dengan-Nya. Itulah cawan pahit yang dimaksudkan Yesus. Ingin sekali Ia melepaskan cawan itu jika mungkin, tetapi harus diminum-Nya sampai tetes-tetes yang terakhir. Ironisnya, tidak jauh dari tempat di mana Ia sedang bergumul, murid-murid-Nya malahan tertidur lelap. Pada saat yang sedemikian mendebarkan, di mana nasib seluruh isi dunia termasuk para murid itu sedang genting, mereka malah tidak berjaga-jaga bersama Dia. Hanya sendirian Yesus berjaga, bergumul sampai menang bulat dalam penaklukkan diri penuh kepada rencana penyelamatan Allah untuk manusia. Untuk kita, manusia yang tak sanggup bersiaga bahkan untuk diri sendiri.


“Jadilah kehendak-Mu!” (42) Itulah kebulatan tekad kemenangan Yesus. Ia tidak berdoa supaya yang diinginkan-Nya menjadi kenyataan. Yesus tidak memutlakkan kehendak-Nya, tetapi berserah kepada Tuhan, Bapa-Nya. Bukan kepentingan-Nya yang Ia perjuangkan, tetapi kepentingan Bapa-Nya dan kepentingan kita, umat manusia. Tiga kali Yesus mendoakan hal yang sama, tanda begitu serius Ia menggumuli, memohonkan, menghayati apa yang didoakan-Nya. Tiap kali Ia mendoakan, Ia sadar benar akan dahsyatnya penderitaan yang harus Ia tanggung. Tiap kali Ia mendoakan, Ia mengaku ketakutan dan keinginan diri-Nya lepas dari cawan pahit penderitaan. Namun tiap kali pula Ia semakin mempertautkan diri kepada rencana kehendak Bapa. Ia menegarkan komitmen-Nya untuk tunduk sepenuhnya kepada kehendak Allah, betapa pun sulit dan dahsyatnya hal itu. Kemenangan Yesus di Getsemani itulah yang menghasilkan Golgota, Gunung Batu Keselamatan kita. Ya, salib di Golgota itu telah menjadi Gunung Batu Keselamatan kita dan seisi dunia dengan taruhan nyawa Yesus! Tanpa salib Golgota, kita tak akan pernah menjadi instrumen rencana Allah bagi dunia ini. Kiranya nafas hidup kita senantiasa sepadan dengan doa Yesus di Getsemani. Karena itu, mari “Ikutlah Yesus!” Amin!


Doa: 🙏

“Kiranya nafas hidupku sepadan dan terpaut senantiasa dengan pergumulan dan doa-Mu di Getsemani, ya Yesus: Jangan kehendakku Bapa, kehendak-Mu jadilah! Amin!”

Senin, 29 Maret 2021

Kelembutan Hati Orang Benar

 KELEMBUTAN HATI ORANG BENAR

Senin, 29 Maret 2021

Bacaan Firman : Amsal 29:1-7

Nats Alkitab : “Siapa bersitegang leher, walaupun telah mendapat teguran, akan sekonyong-konyong diremukkan tanpa dapat dipulihkan lagi” (ay. 1).


Menyatakan pendapat secara keras atau bahkan dengan bersitegang seringkali kita lakukan untuk mempertahankan kebenaran kita, dan memberikan pernyataan bahwa pendapat orang lain adalah salah. Secara duniawi, tindakan tersebut sepertinya menjadi suatu tindakan wajar yang dapat dimaklumi. Namun firman Tuhan hari ini mengajarkan kepada kita tentang hati yang bijak untuk menyatakan dan hidup dalam kebenaran sebagaimana firman Tuhan : “Siapa bersitegang leher, walaupun telah mendapat teguran, akan sekonyong-konyong diremukkan tanpa dapat dipulihkan lagi” (ay. 1).


Kebenaran merupakan bagian kehidupan yang harus selalu ditunjukkan dan dinyatakan di dalam kehidupan. Namun firman Tuhan mengajarkan bahwa setiap orang percaya harus mendasarkan kebenarannya pada Tuhan di bawah pimpinan Roh Kudus dan bukan mendasarkan pada kebenaran dirinya sendiri sebagaimana firman Tuhan : “Dan kalau Ia datang, Ia akan menginsafkan dunia akan dosa, kebenaran dan penghakiman” (Yohanes 16:8). Kebenaran bukan sesuatu hal yang harus diperdebatkan, dipertahankan sampai bersitegang, atau harus dibuktikan dengan menyatakan orang lain bersalah. Tetapi kebenaran haruslah menjadi bagian kehidupan orang percaya yang harus ditegakkan, dinyatakan dan ditularkan kepada orang lain. Setiap orang percaya harus mempunyai kelembutan hati untuk mempercayakan segala sesuatu pada kuasa firman Tuhan, termasuk ketika kebenaran yang disampaikannya ditolak. Firman Tuhan menyatakan secara jelas tata cara untuk menyatakan kebenaran, sebagaimana firman Tuhan : "Apabila saudaramu berbuat dosa, tegorlah dia di bawah empat mata. Jika ia mendengarkan nasihatmu engkau telah mendapatnya kembali. Jika ia tidak mendengarkan engkau, bawalah seorang atau dua orang lagi, supaya atas keterangan dua atau tiga orang saksi, perkara itu tidak disangsikan. Jika ia tidak mau mendengarkan mereka, sampaikanlah soalnya kepada jemaat. Dan jika ia tidak mau juga mendengarkan jemaat, pandanglah dia sebagai seorang yang tidak mengenal Allah atau seorang pemungut cukai” (Matius 18:15-17). Ketika kebenaran, teguran dan penginsafan Roh Kudus ditolak, bahkan seseorang mengeraskan hatinya terhadap kebenaran Tuhan, maka firman Tuhan menyatakan dengan jelas, ‘mereka diremukkan tanpa dapat dipulihkan lagi” (ay. 1). Kata ’diremukkan’ berasal dari kata Ibrani ‘sabar’ yang berarti kesempatan atau waktu Tuhan untuk membuat berbalik. Dengan demikian, apabila kita menjumpai seseorang memiliki kekerasan hati untuk menolak kebenaran atau teguran, maka kita harus menyadari bahwa penyelesaian hal tersebut merupakan kewenangan dan kekuasaan Tuhan. Dengan kuasa, waktu, kesabaran dan kasihNYA, Tuhan pasti akan bertindak untuk menyatakan kebenaranNYA.

Marilah terus belajar untuk memiliki kelembutan dan kerendahan hati, agar kebenaran yang ada di dalam kehidupan kita tetap dapat menjadi berkat dan bukan menjadi batu sandungan bagi orang lain karena kekerasan hati kita untuk mempertahankannya menurut kebenaran kita sendiri, sebagaimana firman Tuhan : “Jika orang benar bertambah, bersukacitalah rakyat, tetapi jika orang fasik memerintah, berkeluhkesahlah rakyat” (ay. 2).

Jumat, 26 Maret 2021

Menaruh Iman di dalam Keluarga

 MENARUH IMAN DI DALAM KELUARGA

Jumat, 26 Maret 2021

Bacaan Firman : Rut 1:1-22

Nas Alkitab : “Tetapi kata Rut: "Janganlah desak aku meninggalkan engkau dan pulang dengan tidak mengikuti engkau; sebab ke mana engkau pergi, ke situ jugalah aku pergi, dan di mana engkau bermalam, di situ jugalah aku bermalam: bangsamulah bangsaku dan Allahmulah Allahku” (ay. 16).


Hubungan mertua dan menantu seringkali menjadi suatu kerikil kecil yang membuat keluarga tidak nyaman. Namun bacaan firman hari ini mengajarkan suatu hubungan hubungan luar biasa yang terbangun antara Rut, sang menantu, dengan Naomi mertuanya. Rut yang berasal dari negeri Moab dan tidak mengenal Allah, berani meninggalkan bangsa, kepercayaan, dan keluarganya di Moab untuk mengikuti kepercayaan, dan kehidupan Naomi yang sudah sebatang kara karena ditinggal mati suami, dan kedua anaknya, sebagaimana firman Tuhan : “Tetapi kata Rut: "Janganlah desak aku meninggalkan engkau dan pulang dengan tidak mengikuti engkau; sebab ke mana engkau pergi, ke situ jugalah aku pergi, dan di mana engkau bermalam, di situ jugalah aku bermalam: bangsamulah bangsaku dan Allahmulah Allahku” (ay. 16). Rut menyadari benar ikatannya dengan Naomi terjadi karena Tuhan, sehingga dia tidak dapat mengingkarinya sebagaimana firman Tuhan : “di mana engkau mati, akupun mati di sana, dan di sanalah aku dikuburkan. Beginilah kiranya TUHAN menghukum aku, bahkan lebih lagi dari pada itu, jikalau sesuatu apapun memisahkan aku dari engkau, selain dari pada maut!" (ay. 17). Menjadi perenungan bagi kita, bagaimanakah hubungan keterikatan kita dengan keluarga kita, orang tua, mertua, istri, atau anak-anak? Apakah kita memiliki hubungan yang luar biasa sebagaimana hubungan Rut dan Naomi?


Teladan iman dan pengajaran firman Tuhan yang ditunjukkan Naomi kepada Rut dalam keluarga, menjadi dasar keyakinan Rut untuk percaya dan beriman kepada Tuhan, Allah Israel. Iman Rut pada Allah membuatnya tetap setia dalam kasihnya kepada Naomi. Naomi adalah teladan orang tua yang mempu menyalurkan iman dan kebaikan Tuhan di dalam keluarga seperti perintah firman Tuhan : “Tetapi kamu harus menaruh perkataanku ini dalam hatimu dan dalam jiwamu; kamu harus mengikatkannya sebagai tanda pada tanganmu dan haruslah itu menjadi lambang di dahimu. Kamu harus mengajarkannya kepada anak-anakmu dengan membicarakannya, apabila engkau duduk di rumahmu dan apabila engkau sedang dalam perjalanan, apabila engkau berbaring dan apabila engkau bangun; engkau harus menuliskannya pada tiang pintu rumahmu dan pada pintu gerbangmu, supaya panjang umurmu dan umur anak-anakmu di tanah yang dijanjikan TUHAN dengan sumpah kepada nenek moyangmu untuk memberikannya kepada mereka, selama ada langit di atas bumi” (Ulangan 11:18-21). Firman Tuhan hari ini mengajarkan bahwa dasar kehidupan kita di dalam keluarga adalah ketertundukan dan keterikatan kita dengan firman Tuhan. Setiap orang tua hanya dapat memberikan kesaksian tentang Tuhan, menyalurkan iman dan kebaikan Tuhan kepada anak-anak dan anggota keluarga, apabila memiliki ketekunan untuk mengajarkan firman Tuhan dan belajar patuh untuk menjalankan firman Tuhan sebagai dasar di dalam  kehidupan.  

Marilah mendasarkan kehidupan kita pada firman Tuhan dan biarlah Tuhan membukakan berkat dan panjang umur bagi kita dan anak cucu keturunan kita, karena ketertundukan dan ketaatan kita pada kebenaran firman Tuhan. 

Kamis, 25 Maret 2021

Tuhan Berkarya Sampai Sekarang

 TUHAN BERKARYA SAMPAI SEKARANG

Kamis, 25 Maret 2021

Bacaan Firman : Yohanes 5:1-18

Nas Alkitab : “Tetapi Ia berkata kepada mereka: "Bapa-Ku bekerja sampai sekarang, maka Akupun bekerja juga" (ay. 17).


Seringkali kita berpikir bahwa ketika kita berada dalam pergumulan, kesukaran hidup, dan sedang menanggung beratnya beban kehidupan, maka Tuhan pun juga diam dan tidak berkarya di dalam kehidupan kita. Kisah seorang lumpuh di tepi kolam Betesda yang menunggu mujijat goncangan kolam Betesda yang begitu fenomenal selama tiga puluh depan tahun, menunjukkan betapa lemahnya keadaan diri kita sebagai orang berdosa. Kita tidak dapat menolong diri kita sendiri untuk menerima keselamatan dan berkat Tuhan. Namun kedatangan Kristus Yesus di kolam itu telah mengubah keadaan orang lumpuh itu menjadi pribadi yang diberkati, disembuhkan, dan menerima keselamatan di dalam Tuhan Yesus sebagaimana firman Tuhan : “Ketika Yesus melihat orang itu berbaring di situ dan karena Ia tahu, bahwa ia telah lama dalam keadaan itu, berkatalah Ia kepadanya: "Maukah engkau sembuh?" Jawab orang sakit itu kepada-Nya: "Tuhan, tidak ada orang yang menurunkan aku ke dalam kolam itu apabila airnya mulai goncang, dan sementara aku menuju ke kolam itu, orang lain sudah turun mendahului aku." Kata Yesus kepadanya: "Bangunlah, angkatlah tilammu dan berjalanlah" (ay. 5-8). Karya Tuhan Yesus telah menyembuhkan dan menyelamatkan orang lumpuh itu. Orang lumpuh itu tidak perlu lagi menunggu seseorang memasukkannya ke kolam Betesda saat bergoncang. Tetapi firman dan perkataan Tuhan Yesus yang hadir di dalam kehidupannya menjadi kuasa yang memberinya jawaban dan pertolongan atas kehidupannya. Orang lumpuh itu tidak hanya memperoleh kuasa Tuhan yang membuatnya dapat bangkit berdiri, tetapi kehadiran Yesus Kristus juga memberinya pengampunan dosa dan keselamatan kekal sebagaimana firman Tuhan : “Kemudian Yesus bertemu dengan dia dalam Bait Allah lalu berkata kepadanya: "Engkau telah sembuh; jangan berbuat dosa lagi, supaya padamu jangan terjadi yang lebih buruk" (ay. 14).


Pengharapan untuk menantikan pertolongan, atau terlepas dari pergumulan hidup, kesukaran dan beban kehidupan, seringkali membuat kita berpikir bahwa Tuhan telah meninggalkan kita dan tidak mau berkarya menolong kehidupan kita. Bukan Tuhan yang tidak mau berkarya di dalam kehidupan kita, tetapi seringkali kita masih keras dan tinggi hati untuk tidak mau menjawab panggilan Tuhan di dalam kehidupan kita. Kita masih mengagungkan kekuatan, kehebatan, dan kemampuan kita sendiri. Tuhan Yesus selalu ada dalam kehidupan kita, dan bertanya apakah keperluan dan pengharapan kita yang dapat dinyatakanNYA di dalam kehidupan kita. Namun kita seringkali tidak mendengar kelembutan suaraNYA. Firman Tuhan hari ini menegaskan kembali bahwa kita memiliki satu pribadi luar biasa yang selalu memperhatikan kehidupan kita, mengetahui kehidupan kita dan mempertanyakan kebutuhan kita. Pribadi itu ialah Yesus Kristus, Tuhan kita. Dia selalu memperhatikan kebutuhan kita dan bertanya apa yang terjadi dengan kita, sebagaimana ditanyakanNYA pada orang lumpuh itu, “Ketika Yesus melihat orang itu berbaring di situ dan karena Ia tahu, bahwa ia telah lama dalam keadaan itu, berkatalah Ia kepadanya: "Maukah engkau sembuh?" (ay. 6). Saat ini pun, Tuhan Yesus juga sedang memperhatikan kehidupan kita dan bertanya tentang pengharapan, pergumulan, dan beban kehidupan kita. Tuhan Yesus hadir untuk kita, bahkan DIA pun sebenarnya hadir pun untuk orang yang tidak mengenal DIA, sebagaimana orang lumpuh yang tidak mengenal Yesus di dalam kehidupannya. Tuhan Yesus mengharapkan respon iman dan kepercayaan kita untuk mau menyerahkan seluruh kehidupan kita kepadaNYA. Kemauan kita untuk memberi jawab kepadaNYA dan kerendahan hati untuk mengakui ketidakmampuan kita, menjadi respon yang diharapkan Tuhan sehingga DIA akan terus menunjukkan karyaNYA di dalam kehidupan kita. Jangan terlalu lama menunda, dan jangan pernah menyerah menanti jawaban atas kehidupan kita, karena Yesus Kristus telah hadir di dalam kehidupan kita, bertanya, dan menantang kita untuk beroleh berkat, keselamatan dan pertolongan kuasaNYA, sebagaimana firman Tuhan : "Bapa-Ku bekerja sampai sekarang, maka Akupun bekerja juga" (ay. 17).


Marilah kembali melihat kelembutan panggilan Tuhan yang memberikan jawaban, pemeliharaan, dan keajaiban mujijat bagi kehidupan kita. Jangan pernah menyia-nyiakan waktu kita untuk menjawab atau menunda menerima tawaran pertolonganNYA, karena Tuhan tetap berkarya di dalam kehidupan kita untuk menolong, memelihara dan memberkati kita sampai saat ini.

------- 

Rabu, 24 Maret 2021

Menyelesaikan Permasalahan Bersama Tuhan

 MENYELESAIKAN PERMASALAHAN BERSAMA TUHAN

Rabu, 24 Maret 2021

Bacaan Firman : Yosua 10:1-43

Nas Alkitab : “Semua raja ini dan negeri mereka telah dikalahkan Yosua sekaligus, sebab yang berperang untuk orang Israel ialah TUHAN, Allah Israel” (ay. 42).


Kepanikan, ketertekanan, dan kebingungan seringkali melanda kehidupan manusia ketika berada dalam permasalahan yang berat, sebagaimana bangsa Israel yang harus menghadapi ancaman persekutuan beberapa kerajaan yang akan melawan mereka sekaligus. Peran dan janji Tuhan terhadap bangsa Israel menjadi kekuatan sekaligus pengharapan untuk bangkit dan berani melakukan peperangan, sebagaimana firman Tuhan : “Berfirmanlah TUHAN kepada Yosua: "Janganlah takut kepada mereka, sebab Aku menyerahkan mereka kepadamu. Tidak seorangpun dari mereka yang akan dapat bertahan menghadapi engkau" (ay. 8). Janji Tuhan yang dinyatakan kepada bangsa Israel, berlaku juga untuk kita yang pada saat ini sedang menghadapi permasalahan, kepanikan, ketertekanan dan kebingungan di dalam kehidupan kita saat menghadapi permasalahan. Penyertaan Tuhan membuat kita memiliki keberanian dan tidak takut menghadapi permasalahan karena Tuhan telah menjadikan kita sebagai pemenang, menyertai dan memberikan kekuatan bagi kita untuk mampu melewati dan menyelesaikan setiap permasalahan dengan kemenangan bersama Tuhan.


Permasalahan, penderitaan dan pergumulan tidak membuat kita jauh dan dilupakan Tuhan, tetapi justru dalam permasalahan, penderitaan dan pergumulan, Tuhan akan menunjukkan betapa luarbiasanya kuasa dan karya Tuhan di dalam kehidupan kita, umat dan orang-orang yang dikasihiNYA, sebagaimana firman Tuhan : “Semua raja ini dan negeri mereka telah dikalahkan Yosua sekaligus, sebab yang berperang untuk orang Israel ialah TUHAN, Allah Israel” (ay. 42). Bacaan firman di atas menegaskan bahwa penyelesaian permasalahan di dalam kehidupan umat Tuhan terjadi karena kuasa dan pertolongan Tuhan, dan bukan karena kekuatan dan kehebatan kita. Oleh karenanya, kita tidak dapat mengandalkan kekuatan, kemampuan, kepandaian, dan kehebatan kita sendiri untuk berperang maju dan menyelesaikan permasalahan. Apabila kita berserah, menunjukkan kepatuhan, dan ketertundukan kepada perintah Tuhan, maka Tuhan akan bertindak bagi kita. Tuhan akan dapat bertindak sendiri bagi kita untuk menyelesaikan permasalahan kita seperti saat Tuhan mengacaukan dan melempari batu musuh orang Israel sehingga mereka tercerai berai, terbunuh, mengalami ketakutan dan kekalahan (ay. 10-11).  Tuhan pun dapat mempergunakan kuasaNYA dalam kehidupan kita untuk menunjukkan pertolonganNYA seperti ketika Yosua meminta Tuhan untuk menghentikan matahari dan bulan karena waktunya hampir senja dan peperangan harus dihentikan. Tuhan mengabulkan permintaan Yosua untuk menghentikan matahari dan bulan sehingga peperangan dapat dilanjutkan, pengejaran musuh dan kemenangan dapat diperoleh bangsa Israel sebagaimana firman Tuhan : “Lalu Yosua berbicara kepada TUHAN pada hari TUHAN menyerahkan orang Amori itu kepada orang Israel; ia berkata di hadapan orang Israel: "Matahari, berhentilah di atas Gibeon dan engkau, bulan, di atas lembah Ayalon!" Maka berhentilah matahari dan bulanpun tidak bergerak, sampai bangsa itu membalaskan dendamnya kepada musuhnya. Bukankah hal itu telah tertulis dalam Kitab Orang Jujur? Matahari tidak bergerak di tengah langit dan lambat-lambat terbenam kira-kira sehari penuh” (ay. 12-13). Tuhan pun dapat mengatur alam semesta, dan dunia ini sehingga kita tidak terlambat, tidak terhambat, dan terus dapat menjalani kehidupan dan menyelesaikan permasalahan kita dengan pertolongan dan  berkat-berkat Tuhan secara luar biasa sebagaimana kuasa Tuhan untuk menghentikan matahari dan bulan sehingga orang Israel memperoleh kemenangan, tidak terhambat, tidak terlambat oleh perhitungan waktu dan di dunia ini sebagaimana firman Tuhan : “Belum pernah ada hari seperti itu, baik dahulu maupun kemudian, bahwa TUHAN mendengarkan permohonan seorang manusia secara demikian, sebab yang berperang untuk orang Israel ialah TUHAN: (ay. 14).


Marilah terus meyakini janji pertolongan Tuhan di dalam kehidupan kita saat menghadapi permasalahan apapun di dunia ini sebagaimana firman Tuhan : “Lalu berkatalah Yosua kepada mereka: "Janganlah takut dan janganlah tawar hati, kuatkan dan teguhkanlah hatimu, sebab secara itulah akan dilakukan TUHAN kepada semua musuhmu, yang kamu perangi." (ay. 25). Tuhanlah penolong dan pembela di dalam kehidupan kita, dan Tuhanlah yang akan berperang dan menyelesaikan semua permasalahan kita supaya kita boleh melihat penyertaan, pertolongan, dan karya ajaib Tuhan di dalam kehidupan kita. 

Selasa, 23 Maret 2021

Hidup dalam Hikmat Tuhan

H IDUP DALAM HIKMAT TUHAN

Selasa, 23 Maret 2021

Bacaan Firman : Amsal 23:1-34

Nas Alkitab : “Ketahuilah, demikian hikmat untuk jiwamu: Jika engkau mendapatnya, maka ada masa depan, dan harapanmu tidak akan hilang” (ay. 14).


Keberhasilan hidup menjadi harapan setiap orang. Keberhasilan hidup tidak hanya terjadi apabila kita mampu meraih pengharapan di masa depan, tetapi keberhasilan hidup juga terjadi ketika kita mempunyai keteguhan hati untuk menghadapi berbagai permasalahan hidup di dunia ini. Firman Tuhan menegaskan bahwa keberhasilan hidup dapat diperoleh manusia apabila dia mempunyai hikmat di dalam kehidupannya sebagaimana firman Tuhan : “Ketahuilah, demikian hikmat untuk jiwamu: Jika engkau mendapatnya, maka ada masa depan, dan harapanmu tidak akan hilang” (ay. 14). Namun demikian, di dalam kehidupan, banyak orang yang sering melupakan hikmat Tuhan. Mereka mengandalkan kekuatan, pemikiran, dan keinginannya sendiri, tanpa pernah mau bertanya dan melibatkan Tuhan di dalam kehidupannya. Hikmat Tuhan akan menolong kita untuk belajar menyerahkan diri, melibatkan dan mempercayakan kehidupannya kepada Tuhan. Hikmat bukan sekedar kecerdasan atau kepandaian semata-mata, tetapi hikmat Tuhan adalah cara hidup yang baik, berakal budi, dipenuhi ucapan syukur dan puji-pujian karena kehidupan kita berada dalam takut  pada Tuhan sebagaimana firman Tuhan: “Permulaan hikmat adalah takut akan TUHAN, semua orang yang melakukannya berakal budi yang baik. Puji-pujian kepada-Nya tetap untuk selamanya” (Mazmur 111:10). Hikmat Tuhan menjadi kekuatan kehidupan orang-orang percaya sebagaimana firman Tuhan : “Orang yang bijak lebih berwibawa dari pada orang kuat, juga orang yang berpengetahuan dari pada orang yang tegap kuat” (ay. 5).


Seseorang yang meletakkan hidupnya pada hikmat Tuhan akan diberikan kemampuan untuk menata kehidupannya sebagaimana firman Tuhan : ““Karena hanya dengan perencanaan engkau dapat berperang, dan kemenangan tergantung pada penasihat yang banyak. Selesaikanlah pekerjaanmu di luar, siapkanlah itu di ladang; baru kemudian dirikanlah rumahmu” (ay. 6,27). Hikmat Tuhan juga akan memberikan kekuatan dan optimisme hidup saat menghadapi permasalahan dunia ini, sebagaimana firman Tuhan : “Sebab tujuh kali orang benar jatuh, namun ia bangun kembali, tetapi orang fasik akan roboh dalam bencana” (ay. 16). Hikmat Tuhan juga akan menuntun kita selalu melakukan kebaikan bagi orang lain, bahkan ketika kita harus menghadapi musuh sekalipun sebagaimana firman Tuhan : “Bebaskan mereka yang diangkut untuk dibunuh, selamatkan orang yang terhuyung-huyung menuju tempat pemancungan. Jangan bersukacita kalau musuhmu jatuh, jangan hatimu beria-ria kalau ia terperosok, supaya TUHAN tidak melihatnya dan menganggapnya jahat, lalu memalingkan murkanya dari pada orang itu” (ay. 11,17,18). Hikmat juga menjadi pengingat kita bahwa kehidupan kita selalu berada dalam kemahatahuan dan kendali Tuhan sebagaimana firman Tuhan : “Kalau engkau berkata: "Sungguh, kami tidak tahu hal itu!" Apakah Dia yang menguji hati tidak tahu yang sebenarnya? Apakah Dia yang menjaga jiwamu tidak mengetahuinya, dan membalas manusia menurut perbuatannya?” (ay. 12). Hikmat akan selalu membawa kehidupan kita berada dalam perkenan dan ketertundukan pada Tuhan.

Marilah kita menjalani kehidupan kita dengan terus memohon pada hikmat Tuhan agar kita dapat melalui segala jalan kehidupan kita hanya pada jalan yang diperkenan Tuhan. Hikmat Tuhan hanya dapat diperoleh ketika kita mengakui keterbatasan dan kelemahan kita, serta memiliki kerendahan hati untuk meminta hikmat kepada Tuhan sebagaimana firman Tuhan : “Tetapi apabila di antara kamu ada yang kekurangan hikmat, hendaklah ia memintakannya kepada Allah, --yang memberikan kepada semua orang dengan murah hati dan dengan tidak membangkit-bangkit--,maka hal itu akan diberikan kepadanya” (Yakobus 1:5).

------- 

Senin, 22 Maret 2021

Bersyukur Karena Tuhan

 BERSYUKUR KARENA TUHAN

Senin, 22 Maret 2021

Bacaan Firman : Mazmur 147

Nas Alkitab : “Haleluya! Sungguh, bermazmur bagi Allah kita itu baik, bahkan indah, dan layaklah memuji-muji itu. TUHAN membangun Yerusalem, Ia mengumpulkan orang-orang Israel yang tercerai-berai; Ia menyembuhkan orang-orang yang patah hati dan membalut luka-luka mereka” (ay. 1-3).


Banyak orang yang kehilangan alasan untuk mengucap syukur ketika menghadapi pergumulan, penderitaan, dan kesukaran hidup. Bacaan firman Tuhan hari ini mengingatkan kembali kepada kita bahwa kita mengucap syukur bukan karena berkat yang diberikan Tuhan di dalam kehidupan kita tetapi karena pribadi Tuhan luar biasa yang telah menyatakan pemeliharaanNYA melalui kekuasaan dan kemurahanNYA di dalam kehidupan kita. Kekuasaan Tuhanlah yang mengatur, menentukan dan mengarahkan seluruh kehidupan kita kepada kebaikan, sebagaimana firman Tuhan : “TUHAN membangun Yerusalem, Ia mengumpulkan orang-orang Israel yang tercerai-berai. Ia menentukan jumlah bintang-bintang dan menyebut nama-nama semuanya. Dia, yang menutupi langit dengan awan-awan, yang menyediakan hujan bagi bumi, yang membuat gunung-gunung menumbuhkan rumput” (ay. 2,4,8). Kemurahan Tuhanlah yang memelihara kita dengan kasih, kepedulian, dan kerelaan diri untuk berkorban bagi kebaikan manusia, sebagaimana firman Tuhan : “Ia menyembuhkan orang-orang yang patah hati dan membalut luka-luka mereka; TUHAN menegakkan kembali orang-orang yang tertindas, tetapi merendahkan orang-orang fasik sampai ke bumi. Dia, yang memberi makanan kepada hewan, kepada anak-anak burung gagak, yang memanggil-manggil” (ay. 3,6,9). Firman Tuhan menegaskan keluarbiasaan karya Tuhan dalam kehidupan kita dengan menyatakan : “Besarlah Tuhan kita dan berlimpah kekuatan, kebijaksanaan-Nya tak terhingga” (ay. 5).


Firman Tuhan mengingatkan bahwa bersyukur merupakan cara terbaik untuk mengakui sekaligus mengucapkan terimakasih atas kekuasaan dan kemurahan yang sudah dinyatakan untuk kebaikan dalam kehidupan kita sebagaimana firman Tuhan : “Haleluya! Sungguh, bermazmur bagi Allah kita itu baik, bahkan indah, dan layaklah memuji-muji itu. Bernyanyilah bagi TUHAN dengan nyanyian syukur, bermazmurlah bagi Allah kita dengan kecapi!” (ay. 1,7). Setiap orang percaya harus terus bersyukur, karena hal tersebut merupakan sikap yang diperkenan Tuhan sebagai ungkapan takut akan Tuhan, serta sikap kerendahan hati untuk berharap, mengandalkan Tuhan, dan hati yang selalu berharap akan kasih setia Tuhan sebagaimana firman Tuhan : “Ia tidak suka kepada kegagahan kuda, Ia tidak senang kepada kaki laki-laki; TUHAN senang kepada orang-orang yang takut akan Dia, kepada orang-orang yang berharap akan kasih setia-Nya” (ay. 10-11).


Marilah terus mengingat dan berterima kasih kepada semua karya Tuhan di dalam kehidupan kita melalui ucapan syukur dalam setiap kehidupan kita.

------- 

Kata mutiara hari ini :

KEHIDUPAN AKAN TERUS BERJALAN DAN BERARTI APABILA DIISI DENGAN UCAPAN SYUKUR.